PERAN ORANGTUA, SEKOLAH DAN GURU DALAM PENDIDIKAN
Oleh: Yunus Adiantor
Peran Orangtua
PENDIDIKAN merupakan hal terbesar yang selalu diutamakan oleh
para orang tua. Saat ini masyarakat semakin menyadari pentingnya memberikan
pendidikan yang terbaik kepada anak-anak mereka sejak dini. Untuk itu orang tua
memegang peranan yang sangat penting dalam membimbing dan mendampingi anak
dalam kehidupan keseharian anak. Sudah merupakan kewajiban para orang tua untuk
menciptakan lingkungan yang kondusif sehingga dapat memancing keluar potensi
anak, kecerdasan dan rasa percaya diri. Dan tidak lupa memahami tahap
perkembangan anak serta kebutuhan pengembangan potensi kecerdasan dari setiap
tahap.
Ada banyak cara untuk memberikan pendidikan kepada anak baik
formal maupun nonformal. Adapun pendidikan formal tidak sebatas dengan
memberikan pengetahuan dan keahlian kepada anak-anak mereka di sekolah. Selain
itu pendidikan nonformal menanamkan tata nilai yang serba luhur atau ahlak
mulia, norma-norma, cita-cita, tingkah laku dan aspirasi dengan bimbingan orang
tua di rumah.
Sekolah sebagai salah satu sarana pendidikan formal memerlukan
banyak hal yang mendukung yaitu antara lain kepentingan dan kualitas yang baik
dari kepala sekolah dan guru, peran aktif dinas pendidikan atau pengawas
sekolah, peran aktif orangtua dan peran aktif masyarakat sekitar sekolah. Akan
tetapi orang tua juga tidak dapat menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak kepada
sekolah. Pendidikan anak dimulai dari pendidikan orang tua di rumah dan orang
tua yang mempunyai tanggung jawab utama terhadap masa depan anak-anak mereka,
sekolah hanya merupakan lembaga yang membantu proses tersebut. Sehingga peran
aktif dari orang tua sangat diperlukan bagi keberhasilan anak-anak di sekolah.
Ada beberapa cara dalam meningkatkan peran orang tua terhadap
pendidikan anak-anak mereka.
Pertama, dengan mengontrol waktu belajar dan cara belajar anak.
Anak-anak diajarkan untuk belajar secara rutin, tidak hanya belajar saat
mendapat pekerjaan rumah dari sekolah atau akan menghadapi ulangan. Setiap hari
anak-anak diajarkan untuk mengulang pelajaran yang diberikan oleh guru pada
hari itu. Dan diberikan pengertian kapan anak-anak mempunyai waktu untuk
bermain.
Kedua, memantau perkembangan kemampuan akademik anak. Orang tua
diminta untuk memeriksa nilai-nilai ulangan dan tugas anak mereka.
Ketiga, memantau perkembangan kepribadian yang mencakup sikap,
moral dan tingkah laku anak-anak. Hal ini dapat dilakukan orang tua dengan
berkomunikasi dengan wali kelas untuk mengetahui perkembangan anak di sekolah.
Keempat, memantau efektifitas jam belajar di sekolah. Orang tua
dapat menanyakan aktifitas yang dilakukan anak mereka selama berada di sekolah.
Dan tugas-tugas apa saja yang diberikan oleh guru mereka. Kebanyakan siswa
tingkat SMP dan SMA tidak melaporkan adanya kelas-kelas kosong dimana guru
mereka berhalangan hadir. Sehingga pembelajaran yang ideal di sekolah tidak
terjadi dan menjadi tidak efektif.
Selain semua hal tersebut di atas ada beberapa hal lain perlu
diperhatikan yaitu membantu anak mengenali dirinya (kekuatan dan kelemahannya),
membantu anak mengembangkan potensi sesuai bakat dan minatnya, membantu
meletakkan pondasi yang kokoh untuk keberhasilan hidup anak dan membantu anak
merancang hidupnya.
Pada banyak kasus, orang tua sering memaksakan kehendak mereka
terhadap anak-anak mereka tanpa mengindahkan pikiran dan suara hati anak. Orang
tua merasa paling tahu apa yang terbaik untuk anak-anak mereka. Hal ini sering
dilakukan oleh orang tua yang berusaha mewujudkan impian mereka, yang tidak
dapat mereka raih saat mereka masih muda, melalui anak mereka. Kejadian seperti
ini tidak seharusnya terjadi jika orang tua menyadari potensi dan bakat yang
dimiliki oleh anak mereka. Serta memberikan dukungan moril dan sarana untuk
membantu anak mereka mengembangkan potensi dan bakat yang ada.
Kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh orang tua dan harus
dihindari dalam mendidik anak mereka, antara lain menumbuhkan rasa takut dan
minder pada anak, mendidik anak menjadi sombong terhadap orang lain,
membiasakan anak hidup berfoya-foya, selalu memenuhi permintaan anak, terutama
ketika anak sedang menangis, terlalu keras dan kaku dalam menghadapi anak,
terlalu pelit terhadap anak (melebihi batas kewajaran), tidak mengasihi dan
menyayangi mereka sehingga mereka mencari kasih sayang di luar rumah, orang tua
hanya memperhatikan kebutuhan jasmaninya saja, orang tua terlalu berprasangka
baik kepada anak-anak mereka.
Untuk itu sudah menjadi kewajiban orang tua untuk juga belajar
dan terus menerus mencari ilmu, terutama yang berkaitan dengan pendidikan anak.
Agar terhindar dari kesalahan dalam mendidik anak yang dapat berakibat buruk
bagi masa depan anak-anak. Orang tua harus lebih memperhatikan anak-anak
mereka, melihat potensi dan bakat yang ada di diri anak-anak mereka, memberikan
sarana dan prasarana untuk mendukung proses pembelajaran mereka di sekolah.
Para orang tua diharapkan dapat melakukan semua itu dengan niat yang tulus
untuk menciptakan generasi yang mempunyai moral yang luhur dan wawasan yang
tinggi serta semangat pantang menyerah
Melibatkan Diri dalam Kehidupan
Anak
PADA umumnya orangtua akan lebih memerhatikan perkembangan dan
kebutuhan rohani anak ketika ia masih kecil saja. Pada saat ia mulai meginjak
remaja, biasanya perhatian orangtua semakin memudar. Hal itu terjadi mungkin
karena mereka menganggap anak sudah dapat mandiri dan sudah tidak terlalu
banyak lagi membutuhkan perhatian atau bantuan orangtua.
Anggapan orangtua seperti di atas itu adalah tidak benar. Anak
remaja justru sangat membutuhkan dukungan, bimbingan, kehadiran, dan perhatian
orangtua. Dikala anak mendapatkan kendala dalam hidupnya tentu akan sangat baik
bila ia dapat mencurahkan dan mendapatkan masukkan, saran, dan nasehat dari
orangtuanya sendiri ketimbang dari teman-temannya.
Jika orangtua selalu memberikan perhatian secara aktif. Selalu
berusaha melibatkan diri dalam hidup anak, misalnya mendengarkan apa yang ingin
ia bicarakan, memotivasi kegiatan sekolahnya, dan membantu anak ketika ia
sedang mendapatkan masalah dalam hidupnya. Maka, ketika ia mengetahui hal ini
di masa depan nanti, ia akan siap pula memberikan yang terbaik kepada
orangtuanya. Ia akan siap mendampingi dan memerhatikan orangtua seperti halnya
orangtua telah melakukan semua itu kepadanya.
Apabila orangtua mampu menunjukkan kepada anak betapa orangtua
sangat mencintai dan menyayanginya, dengan selalu mengekspresikan perhatian
secara mendetail terhadap kehidupan anak sejak ia masih kecil, maka hal ini
akan menciptakan suatu kebiasaan intim seumur hidup yang memberikan manfaat
bagi orangtua (Laura M. Ramirez, 2006).
Kunci
Anak akan mampu megingat segala kejadian yang pernah ia alami
dalam hidupnya. Termasuk perlakuan orangtua kepadanya. Oleh karena itu,
walaupun dalam hal yang kita anggap sepele, tetapi penting bagi orangtua
menciptakan tindakan yang mencerminkan rasa cinta dan kasih sayang yang tulus
itu kepada anak. Misalnya, menghadiri kegiatan ektrakurikuler anak (karate,
kursus musik), mendampingi anak melakukan hobinya (berenang, membantu
memilihkan buku bacaan), dan bahkan merawat anak ketika ia sedang sakit. Perlakuan
orangtua seperti itu besar kemungkinan akan terbawa oleh anak sampai ia dewasa
atau tua nanti. Ikatan batin, kebiasaan yang penuh dengan kehangatan, dan
persahabatan yang ‘melebihi segalanya’ ini akan dibawanya kembali oleh anak
kepada orangtua. Segala tindakan dan ucapan baik orangtua yang dulu pernah
mereka tanam, cepat atau lambat mereka akan merasakan hasilnya. Di masa tua
nanti, orangtua maupun anak akan hidup dalam jalinan keluarga yang penuh dengan
sikap saling memberi cinta.
Orangtua dan Sekolah
HARAPAN terbesar orang tua adalah ingin memiliki anak yang
soleh, sopan, pandai bergaul, pintar dan sukses , tetapi harapan besar ini
jangan sampai menjadi tinggal harapan saja. Bagaimana orang tua untuk
mewujudkan harapan tersebut, itulah yang paling penting.Kedudukan dan fungsi
suatu keluarga dalam kehidupan manusia sangatlah penting dan fundamental,
keluarga pada hakekatnya merupakan wadah pembentukan masing-masing anggotanya,
terutama anak-anak yang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab orang
tuanya.
Perkembangan anak pada umumnya meliputi keadaan fisik, emosional
sosial dan intelektual. Bila kesemuanya berjalan secara baik maka dapat
dikatakan bahwa anak tersebut dalam keadaan sehat jiwanya. Dalam perkembangan
jiwa terdapat periodeperiode kritis yang berarti bahwa bila periode-periode ini
tidak dapat dilalui dengan baik, maka akan timbul gejala-gejala yang menunjukan
misalnya keterlambatan, ketegangan, kesulitan penyesuaian diri dan kepribadian
yang terganggu. Lebih jauh lagi bahkan tugas sebagai makhluk sosial untuk
mengadakan hubungan antar manusia yang memuaskan baik untuk diri sendiri maupun
untuk orang di lingkungannya akan gagal sama sekali.
Peran orang tua dalam hal pendidikan anak sudah seharusnya
berada pada urutan pertama, para orang tualah yang paling mengerti benar akan
sifat-sifat baik dan buruk anak-anaknya, apa saja yang mereka sukai dan apa
saja yang mereka tidak sukai. Para orang tua adalah yang pertama kali tahu
bagaimana perubahan dan perkembangan karakter dan kepribadian anak-anaknya,
hal-hal apa saja yang membuat anaknya malu dan hal-hal apa saja yang membuat
anaknya takut. Para orang tualah yang nantinya akan menjadikan anak-anak mereka
seorang yang memiliki kepribadian baik ataukah buruk.
Anak-anak pada masa peralihan lebih banyak membutuhkan perhatian dan kasih
sayang, maka para orang tua tidak dapat menyerahkan kepercayaan seluruhnya
kepada guru di sekolah, artinya orang tua harus banyak berkomunikasi dengan
gurunya di sekolah begitu juga sebaliknya, hal penting dalam pendidikan adalah
mendidik jiwa anak. Jiwa yang masih rapuh dan labil, kurangnya perhatian dan
kasih sayang orang tua dapat mengakibatkan pengaruh lebih buruk lagi bagi jiwa
anak. Banyaknya tindakan kriminal yang dilakukan generasi muda saat ini tidak
terlepas dari kelengahan bahkan ketidakpedulian para orang tua dalam mendidik
anakanaknya.
Orang tua dan sekolah merupakan dua unsur yang saling berkaitan dan memiliki
keterkaitan yang kuat satu sama lain. Terlepas dari beragamnya asumsi
masyarakat, ungkapan “buah tak akan pernah jauh jatuh dari pohonnya” adalah
sebuah gambaran bahwa betapa kuatnya pengaruh orang tua terhadap perkembangan
anaknya.
Supaya orang tua dan sekolah tidak salah dalam mendidik anak,
oleh karena itu harus terjalin kerjasama yang baik di antara kedua belah pihak.
Orang tua mendidik anaknya di rumah, dan di sekolah untuk mendidik anak
diserahkan kepada pihak sekolah atau guru, agar berjalan dengan baik kerja sama
di antara orang tua dan sekolah maka harus ada dalam suatu rel yang sama supaya
bisa seiring seirama dalam memperlakukan anak, baik di rumah ataupun di
sekolah, sesuai dengan kesepahaman yang telah disepakati oleh kedua belah pihak
dalam memperlakukan anak.
Kalau saja dalam mendidik anak berdasarkan kemauan salah satu
pihak saja misalnya pihak keluarga saja taupun pihak sekolah saja yang mendidik
anak, hal ini berdasarkan beberapa pengalaman tidak akan berjalan dengan baik
atau dengan kata lain usaha yang dilakukan oleh orang tua atau sekolah akan mentah
lagi-mentah lagi karena ada dua rel yang harus dilalui oleh anak dan akibatnya
si anak menjadi pusing mana yang harus diturut, bahkan lebih jauhnya lagi
dikhawatirkan akan membentuk anak berkarakter ganda.
Memang pada kenyataannya tidak mudah untuk melaksanakan
kesepahaman tersebut, tetapi kalau kita berlandaskan karena rasa cinta kita
kepada anak tentunya apapun akan kita lakukan, karena rasa cinta dapat mengubah
pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi
sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat dan kemarahan menjadi
rahmat. Kalau hal ini sudah dimiliki oleh kedua belah pihak, hal ini merupakan
modal besar dalam mendidik anak. Setiap kejadian yang terjadi, baik di rumah
ataupun di sekolah hendaklah dicatat dengan baik oleh kedua belah pihak
sehingga ketika ada hal yang janggal pada anak, hal ini bisa dijadikan bahan
untuk mengevaluasi sejauhmana perubahan-perubahan yang dialami oleh anak, baik
sifat yang jeleknya ataupun sifat yang bagusnya, sehingga di dalam penentuan
langkah berikutnya bisa berkaca dari catatn-catatan yang telah dibuat oleh
kedua belah pihak.
Setiap ada sesuatu hal yang dirasakan janggal pada diri anak
baik di rumah ataupun di sekolah, baik orang tua ataupun guru harus sesegera
mungkin untuk menanganinya dengan cara saling menginformasikan di antara orang
tua dan guru, mungkin lebih lanjutnya mendiskusikannya supaya bisa lebih cepat
tertangani masalah yang dihadapai oleh anak dan tidak berlarut-larut. Oleh
karena itu seperti apa yang tertulis di atas bahwa orang tua dan sekolah
merupakan satu kesatuan yang utuh di dalam mendidik anak, agar apa yang
dicita-citakan oleh orang tua atau sekolah dapat tercapai, maka harus ada
kekonsistenan dari kedua belah pihak dalam melaksanakan program-program yang
telah disepakati oleh kedua belah pihak.
Peran Guru dalam
Membangkitkan Motivasi
PEMBELAJARAN efektif, bukan membuat Anda pusing, akan tetapi
bagaimana tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan mudah dan menyenangkan (M.
Sobry Sutikno).
Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai
daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat
diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan).
Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam
diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan di dahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc.
Donald ini mengandung tiga elemen atau ciri pokok dalam motivasi itu, yakni
motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.
Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar,
motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa
yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar,
sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi
sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar,
tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Motivasi ada dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
ektrinsik.
1.
Motivasi Intrinsik adalah jenis motivasi yang timbul dari dalam
diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar
kemauan sendiri.
2.
Motivasi Ekstrinsikadalah jenis motivasi yang timbul sebagai
akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau
paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan
sesuatu atau belajar.
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang
diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada
motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan
kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih
banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada
disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.
Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya,
maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak
diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik
sehingga ia mau melakukan belajar.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk
menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
1.
Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu
seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan
dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam
belajar.
2.
Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu
semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang
belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3.
Saingan atau kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk
meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang
telah dicapai sebelumnya.
4.
Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan
penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5.
Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat
proses pembelajaran. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut
mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6.
Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke
peserta didik.
7.
Membentuk kebiasaan belajar yang baik
8.
Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun
kelompok
9.
Menggunakan metode yang bervariasi, dan
10.
Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran
Dengan melihat situasi dan kondisi saat proses
pembelajaran berlangsung, seorang guru boleh memilih item yang cocok digunakan.
Karena bagaimanapun jika peserta didik berkurang bahkan hilang motivasinya
dalam belajar, maka tujuan pendidikan sulit akan tercapai. Peran guru di zaman
sekarang memang dituntut untuk selalu siaga memacu siswa agar tidak ketinggalan
selangkahpun. Ya, begitulah guru yang sudah
dinobatkan sebagai orang yang bertangan dingin, berhati lapang, siap untuk
mengabdi untuk anak-anak bangsa, di mana dan kapan pun. SEMOGA!