Fenomena Alam di Luar Atmosfer Bumi

Ilmu ini secara pokok mempelajari berbagai sisi dari benda-benda langit seperti asal usul, sifat fisika/kimia, meteorologi, dan gerak dan bagaimana pengetahuan akan benda-benda tersebut menjelaskan pembentukan dan perkembangan alam semesta.

Pembentukan dan Perkembangan Alam Semesta

Astronomi sebagai ilmu adalah salah satu yang tertua, sebagaimana diketahui dari artifak-artifak astronomis yang berasal dari era prasejarah; misalnya monumen-monumen dari Mesir dan Nubia, atau Stonehenge yang berasal dari Britania. Orang-orang dari peradaban-peradaban awal semacam Babilonia, Yunani, Tiongkok, India, dan Maya juga didapati telah melakukan pengamatan yang metodologis atas langit malam. Akan tetapi meskipun memiliki sejarah yang panjang, astronomi baru dapat berkembang menjadi cabang ilmu pengetahuan modern melalui penemuan teleskop.

Astronomi Observasional

Astronom-astronom amatir telah dan terus berperan penting dalam banyak penemuan-penemuan astronomis, menjadikan astronomi salah satu dari hanya sedikit ilmu pengetahuan di mana tenaga amatir masih memegang peran aktif, terutama pada penemuan dan pengamatan fenomena-fenomena sementara.

Kamis, 28 September 2017

Global Warming

Global Warming – Apa dan Mengapa
Oleh: Yunus Adiantor

Sejak dikenalnya ilmu mengenai iklim, para ilmuwan telah mempelajari bahwa ternyata iklim di Bumi selalu berubah. Dari studi tentang jaman es di masa lalu menunjukkan bahwa iklim bisa berubah dengan sendirinya, dan berubah secara radikal. Apa penyebabnya? Meteor jatuh? Variasi panas Matahari? Gunung meletus yang menyebabkan awan asap? Perubahan arah angin akibat perubahan struktur muka Bumi dan arus laut? Atau karena komposisi udara yang berubah? Atau sebab yang lain?
Sampai baru pada abad 19, maka studi mengenai iklim mulai mengetahui tentang kandungan gas yang berada di atmosfer, disebut sebagai gas rumah kaca, yang bisa mempengaruhi iklim di Bumi. Apa itu gas rumah kaca?
Sebetulnya yang dikenal sebagai ‘gas rumah kaca’, adalah suatu efek, dimana molekul-molekul yang ada di atmosfer kita bersifat seperti memberi efek rumah kaca. Efek rumah kaca sendiri, seharusnya merupakan efek yang alamiah untuk menjaga temperatur permukaaan Bumi berada pada temperatur normal, sekitar 30°C, atau kalau tidak, maka tentu saja tidak akan ada kehidupan di muka Bumi ini.
Pada sekitar tahun 1820, bapak Fourier menemukan bahwa atmosfer itu sangat bisa diterobos (permeable) oleh cahaya Matahari yang masuk ke permukaan Bumi, tetapi tidak semua cahaya yang dipancarkan ke permukaan Bumi itu bisa dipantulkan keluar, radiasi merah-infra yang seharusnya terpantul terjebak, dengan demikian maka atmosfer Bumi menjebak panas (prinsip rumah kaca).
Tiga puluh tahun kemudian, bapak Tyndall menemukan bahwa tipe-tipe gas yang menjebak panas tersebut terutama adalah karbon-dioksida dan uap air, dan molekul-molekul tersebut yang akhirnya dinamai sebagai gas rumah kaca, seperti yang kita kenal sekarang. Arrhenius kemudian memperlihatkan bahwa jika konsentrasi karbon-dioksida dilipatgandakan, maka peningkatan temperatur permukaan menjadi sangat signifikan.
Semenjak penemuan Fourier, Tyndall dan Arrhenius tersebut, ilmuwan semakin memahami bagaimana gas rumah kaca menyerap radiasi, memungkinkan membuat perhitungan yang lebih baik untuk menghubungkan konsentrasi gas rumah kaca dan peningkatan Temperatur. Jika konsentrasi karbon-dioksida dilipatduakan saja, maka temperatur bisa meningkat sampai 1°C.
Tetapi, atmosfer tidaklah sesederhana model perhitungan tersebut, kenyataannya peningkatan temperatur bisa lebih dari 1°C karena ada faktor-faktor seperti, sebut saja, perubahan jumlah awan, pemantulan panas yang berbeda antara daratan dan lautan, perubahan kandungan uap air di udara, perubahan permukaan Bumi, baik karena pembukaan lahan, perubahan permukaan, atau sebab-sebab yang lain, alami maupun karena perbuatan manusia. Bukti-bukti yang ada menunjukkan, atmosfer yang ada menjadi lebih panas, dengan atmosfer menyimpan lebih banyak uap air, dan menyimpan lebih banyak panas, memperkuat pemanasan dari perhitungan standar.
Sejak tahun 2001, studi-studi mengenai dinamika iklim global menunjukkan bahwa paling tidak, dunia telah mengalami pemanasan lebih dari 3°C semenjak jaman pra-industri, itu saja jika bisa menekan konsentrasi gas rumah kaca supaya stabil pada 430 ppm CO2e (ppm = part per million = per satu juta ekivalen CO2 – yang menyatakan rasio jumlah molekul gas CO2 per satu juta udara kering). Yang pasti, sejak 1900, maka Bumi telah mengalami pemanasan sebesar 0,7°C.
Lalu, jika memang terjadi pemanasan, sebagaimana disebut; yang kemudian dikenal sebagai pemanasan global, (atau dalam istilah populer bahasa Inggris, kita sebut sebagai Global Warming): Apakah merupakan fenomena alam yang tidak terhindarkan? Atau ada suatu sebab yang signfikan, sehingga menjadi ‘populer’ seperti sekarang ini? Apakah karena Al Gore dengan filmnya “An Inconvenient Truth” yang mempopulerkan global warming? Tentunya tidak sesederhana itu.
Perlu kerja-sama internasional untuk bisa mengatakan bahwa memang manusia-lah yang menjadi penyebab utama terjadinya pemanasan global. Laporan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) tahun 2007, menunjukkan bahwa secara rata-rata global aktivitas manusia semenjak 1750 menyebabkan adanya pemanasan. Perubahan kelimpahan gas rumah kaca dan aerosol akibat radiasi Matahari dan keseluruhan permukaan Bumi mempengaruhi keseimbangan energi sistem iklim. Dalam besaran yang dinyatakan sebagai Radiative Forcing sebagai alat ukur apakah iklim global menjadi panas atau dingin (warna merah menyatakan nilai positif atau menyebabkan menjadi lebih hangat, dan biru kebalikannya), maka ditemukan bahwa akibat kegiatan manusia-lah (antropogenik) yang menjadi pendorong utama terjadinya pemanasan global (Gb.1).

Hasil perhitungan perkiraan agen pendorong terjadinya pemanasan global dan mekanismenya (kolom satu), berdasarkan pengaruh radiasi (Radiative Forcing), dalam satuan Watt/m^2, untuk sumber antropogenik dan sumber yang lain, tanda merah dan nilai positif dari kolom dua dan tiga berarti sumbangan pada pemanasan, sedangkan biru adalah efek kebalikannya. Kolom empat menyatakan dampak pada skala geografi, sedangkan kolom kelima menyatakan tingkat pemahaman ilmiah (Level of Scientific Understanding), Sumber: Laporan IPCC, 2007.
Dari gambar terlihat bahwa karbon-dioksida adalah penyumbang utama gas kaca. Dari masa pra-industri yang sebesar 280 ppm menjadi 379 ppm pada tahun 2005. Angka ini melebihi angka alamiah dari studi perubahan iklim dari masa lalu (paleoklimatologi), dimana selama 650 ribu tahun hanya terjadi peningkatan dari 180-300 ppm. Terutama dalam dasawarsa terakhir (1995-2005), tercatat peningkatan konsentrasi karbon-dioksida terbesar pertahun (1,9 ppm per tahun), jauh lebih besar dari pengukuran atmosfer pada tahun 1960, (1.4 ppm per tahun), kendati masih terdapat variasi tahun per tahun.
Sumber terutama peningkatan konsentrasi karbon-dioksida adalah penggunaan bahan bakar fosil, ditambah pengaruh perubahan permukaan tanah (pembukaan lahan, penebangan hutan, pembakaran hutan, mencairnya es). Peningkatan konsentrasi metana (CH4), dari 715 ppb (part per billion= satu per milyar) di jaman pra-industri menjadi 1732 ppb di awal 1990-an, dan 1774 pada tahun 2005. Ini melebihi angka yang berubah secara alamiah selama 650 ribu tahun (320 – 790 ppb). Sumber utama peningkatan metana pertanian dan penggunaan bahan bakar fosil. Konsentrasi nitro-oksida (N2O) dari 270 ppb – 319 ppb pada 2005. Seperti juga penyumbang emisi yang lain, sumber utamanya adalah manusia dari agrikultural. Kombinasi ketiga komponen utama tersebut menjadi penyumbang terbesar pada pemanasan global.
Kontribusi antropogenik pada aerosol (sulfat, karbon organik, karbon hitam, nitrat and debu) memberikan efek mendinginkan, tetapi efeknya masih tidak dominan dibanding terjadinya pemanasan, disamping ketidakpastian perhitungan yang masih sangat besar. Demikian juga dengan perubahan ozon troposper akibat proses kimia pembentukan ozon (nitrogen oksida, karbon monoksida dan hidrokarbon) berkontribusi pada pemanasan global. Kemampuan pemantulan cahaya Matahari (albedo), akibat perubahan permukaan Bumi dan deposisi aerosol karbon hitam dari salju, mengakibatkan perubahan yang bervariasi, dari pendinginan sampai pemanasan. Perubahan dari pancaran sinar Matahari (solar irradiance) tidaklah memberi kontribusi yang besar pada pemanasan global.

Manggambar Struktur Lewis Molekul Bermuatan

Menggambar Struktur Lewis Molekul Bermuatan
Oleh: Yunus Adiantor

Bagaimana cara menggambar struktur lewis untuk molekul yang memiliki muatan. Sebenarnya structur lewis untuk molekul tak bermuatan dengan molekul bermuatan hampir mirip yang membedakannya adalah jumlah elektron yang lebih banyak atau lebih sedikit. Berikut langkah-langkah yang bisa kalian lakukan:

Langkah 1
 : Hitung semua elektron valensi dari setiap atom/unsur kemudian jumlah totalnya ditambah atau dikurangi muatan ion dari molekul tersebut. Misal molekul bermuatan -2 maka ditambah 2 elektron dan jika molekul bermuatan +3 maka jumlah elektron dikurangi 3.
Langkah 2 : Hitung semua elektron valensi setiap atom dan total apabila memenuhi kaidah oktet dan kaidah duplet.
Langkah 3 : Hitung selisih elektron valensi apabila aturan oktet dan duplet terpenuhi dengan elektron valensi sebenarnya (hasil langkah 3 – hasil langkah 1)
Langkah 4 : Hitung jumlah ikatan dengan cara membagi selisih elektron valensi dengan angka 2 (satu ikatan memerlukan dua buah elektron valensi)

Langkah 5
 : Mulailah gambar ikatan atom dalam struktur lewis dengan jumlah ikatan sama dengan yang sobat dapatkan di nomor 4. Mulailah dengan menggambar lambang atom dan perhatikan jumlah ikatannya.
 
§  Atom Hidrogen dan Halogen dapat berikatan 1 kali
§  Kelompok oksigen dapat berikatan 1 kali, 2 kali, atau 3 kali
§  Kelompok nitrogen dapat berkatan 2 kali, 3 kali, atau 4 kali
§  Kelompok boron dapat berikatan sebanyak 4 kali
§  Kelompok karbon dapat berikatan sebanyak 4 kali

Tips: Usahakan untuk membuat ikatan tunggal terlebih dahulu baru jika kemudian masih diperlukan bisa ditambahkan ikatan lagi sampai aturan oktet dan duplet dipenuhi.

Langkah 6 : Hitunglah jumlah elektro bebas dalam struktur lewis dengan cara mengurangkan jumlah elektron valensi sebenarnya (hasil langkah 1) dengan jumlah elektron valensi yang digunakan untuk berikatan (hasil langkah 3)
Langkah 7 : Tentukan atom yang memiliki muatan dengan cara membandingkan jumlah elektron valensi dari struktur lewis dengan jumlah elektron valensi normalnya. Kita akan menguji ada tidaknya muatan pada setiap atom yang menyusun molekul tersebut sehingga kita akan tahu jika molekul tersebut ternyata bermuatan, atom mana yang menyumbang mutan dan mana yang tidak.
Untuk lebih memudahkan sobat, mari kita simak bersma contoh berikut ini.
 Contoh Menggambar Struktur Lewis
“Coba sobat gambarkan struktur lewis dari molekul ion CO32-!”
Langkah 1 : Tentukan jumlah elektron valensi masing-masing atom dan totalnya (ingat termasuk muatan 2-)
Elektron valensi atom C
= 1 x 4
= 4 elektron
Elektron valensi atom O
= 3 x 6
= 18 elektron
Elektron valensi muatan 2-
= 1 x 2
= 2 elektron
Total

= 24 elektron

Langkah 2 : Tentukan jumlah elektron valensi tiap atom dan total jika memenuhi aturan oktet dan duplet
 Elektron valensi atom C
= 1 x 8
= 8 elektron
Elektron valensi atom O
= 3 x 8
= 24 elektron
Total

= 32 elektron

Langkah 3 : selisih elektron valensi oktet/duplet dengan elektron valensi sebenarnya
Selisih elektron valensi = 32 – 24 = 8 elektron valensi
Langkah 4 : menghitung jumlah ikatan dengan mebagi selisih elektron valensi pada langkah 3 dengan angka 2
Jumlah ikatan = 8 : 2 = 4 ikatan

Langkah 5
 : Menggambar struktur lewis
Jika dibambarkan struktur lewisnya maka atom C akan berperan sebagai atom pusat yang dikelilingi oleh 3 buah atom O, Setelah kita gambar ikatan tunggal di masing-masing atom C dengan O ternyata masih tersisa satu ikatan lagi. Dengan demikian akan ada 1 atom O yang berikatan rangkap dengan atom C.
Langkah 6: Menentukan jumlah elektron bebas.
Jumlahnya dalah 42 – 8 = 16 elektron bebas. Jika diamati dari molekul ion CO32- , atom C pasti sudah akan memiliki delapan elektron sesuai aturan oktet (4 dari miliknya sendiri, 4 dari hasil ikatan). Pada atom O yang berikatan rangkap dengan atom C bisa mendapatkan sepasang elektron yang digunakan bersama sehingga sudah memenuhi aturan oktet juga. Sehingga memiliki 4 elektron bebas. Untuk dua atom O yang lain, karena masing-masing hanya berikatan tunggal sehingga masing-masing masih memiliki 5 elektron bebas. Total baru ada (2 x 5) + 4 = 14 elektron bebas, masih kurang dua elektron lagi yang belum diplotting. Dua elektro bebas yang belum diplotting bisa sobat letakkan di atom O disebelah kiri dan kanan. 
Langkah 7 : Menentukan atom manakah yang bermuatan.
Ketika ploging sudah selesai terlihat bahwa dua buah atom O yang ada di kanan dan kiri atom C memiliki kelebihan elektron valensi. Seharusnya atom O hanya memiliki 6 elektron valensi sedangkan dari strutur lewis terlihat atom O memiliki 7 elektron valensi. Jadi dua buat atom O tersebut masing-masing bermuatan -1 dan muatan totalnya adalah -2.
Sekian sobat materi menggambar struktur lewis untuk molekul bermuatan. Semoga bermanfaat. Jika ada yang ingin ditanyakan langsung saja di corat-coret kolom komentar di bawah ini. Selamat belajar.

Konfigurasi Elektron dan Cara Menuliskan

Konfigurasi Elektron dan Cara Menuliskannya
Oleh: Yunus Adiantor


Konfigrurasi elektron sebuah atom adalah gambaran dari tata letak elektron yang terdistribusi di orbital sebuah atom. Umumnya, konfigurasi elektron digunakan untuk mendeskripsikan orbital atom dalam keadaan normal. Namun demikian konfigurasi elektron juga bisa digunakan untuk atom yang terionisasi menjadi kation dan anionnya. Asal sobat tahu sifat fisik dan kimia sebuah unsur sangat erat kaitannya dengan konfigruasi unik elektronnya. Konfigurasi elektron menentukan bagaimana dan berapa elektron valensi dari sebuah atom. Elektron valensi inilah yang berperan besar membentuk sifat unik dari setiap unsur.
Sebelum kita menentukan konfigurasi elektron dalam orbital-orbitalnya yuk kita refresh sebentar tentang konsep-konsep dasar yang diperlukan dalam konfigurasi elektron. Sobat ingat kembali bahwa setiap unsur dalam tabel unsur periodik terdiri dari atom yang tersusun dari 3 komponen, proton, elektron, dan neutron. Elektron adalah muatan negatif yang ditemukan mengelilingi inti atom. Elektron mengelilingi inti atom menurut orbitalnya.

Apa itu Orbital Elektron?
Orbital atom adalah sebuah fungsi yang menggambarkan perilaku dari elektron. Orbital juga sering disebut sebagai volume ruang atau ruang tiga dimensi dimana 95% kemungkinan elektron ditemukan di ruang tiga dimensi tersebut (probabilitas 95%). Ada 4 jenis orbital yaitu orbital sPd, dan f. Masing-masing orbital memiliki bentuk dan jumlah maksimum elektron yang berbeda-beda. Selengkapnya bisa di baca di Apa itu Orbital Elektron?.
Konfigurasi elektron dari setiap unsur bersifat unik dan ini tercerminkan dalam letak unsur tersebut dalam tabel periodik unsur.  Tingkat energi (orbital) dari setiap elektron tergantung letak periode dan jumlah elektron dalam atom unsur tersebut. Orbital yang sama tapi bisa memiliki tingka energi yang berbeda. Misalnya orbital 1s dan 2s keduanya secara karakteristik (bentuk, sifat, dll) sama yaitu orbital s tapi mereka berada pada tingkat energi yang berbeda, mereka menempati raung volume yang berbeda. Setiap jenis orbital bisa mewakili blok-blok unsur dalam tabel periodik unsur.
§  Blok s adalah blok yang beranggotakan logam alkali termasuk helium (golongan 1 dan 2).
§  Blok d adalah bok logam transisi (golongan 3 sampai dengan golongan 12)
§  Blok p adalah blok unsur dari golongan (13 s.d. 18)
§  Blok f adalah kelompok lanthanida dan aktinida.

Jadi sobat bisa sangat terbantu untuk mengetahui konfigurasi elektron jika melihat tabel periodik unsur. Akan tetapi selian dengan menggunakan SPU ada aturan-aturan khusus yang bisa sobat pakai untuk menentukan konfigruasi elektron berikut orbitalnya.
Aturan Pengisian Orbital Elektron
Kedudukan Elektron
hal pertama yang harus sobat ingat bahwa elektron mengisi orbital mulai dari tingkat energi yang paling rendah yaitu yang paling dekat dengan inti atom berlanjut ketingkat energi yang lebih tinggi menjauhi inti atom. Urutan pengisian penuh orbital sebagai berikut
1s, 2s, 2 p, 3s, 3p, 4s, 3d, 4 p, 5s, 4d, 5p, 6s, 4f, 5 d, 6 p, 7s, 5f, 6 d, dan 7 p
Untuk lebih mudah mengingat pola orbital elektron tersebut sobat bisa menggunakan garis miring berikut untukk menentukan subkulit yang berhubungan satu dengan lainnya.


Aturan Larangan Pauli
Aturan larangan pauli ini menyatakan bahwa tidak akan pernah ada dua elektron yang memiliki 4 bilangan kuantum yang sama. Apa itu bilangan kuantum bisa sobat baca di sini. Mungkin tiga bilangan kuantum pertama (n,l, dan ml) masih bisa sama tapi bilangan quantumnya tetap tidak bisa sama semua karena dalam satu kotak orbital tunggal dapat menampung hingga dua elektron yang berputar saling berlawanan. Satu elektron berputar ke atas (ms = +1/2) dan elektron lain berputar ke bawah (ms=-1/2). Dengan adanya larangan pauli ini maka masing-masing subkulit hanya memiliki 2 elektron dalam tiap orbitalnya.
§  Sub Kulit s memiliki 1 orbital yang bisa menampung 2 elektron.
§  Sub Kulit p memiliki 3 orbital yang bisa menampung 6 elektron
§  Sub Kulit d memiliki 5 orbital yang mampu menampung 10 elektron.
§  Sub Kulit f memiliki 7 orbital yang mempu menampung 14 elektron.
Contoh
Misalnya pada subkulit 1s, pada subkulit tersebut maksimal 2 elektron. Kedua elektron tersebut memiliki bilangan kuantum kuantum utama, kuantum azimuth, dan kuantum magnetik yang sama yaitu
Kuantum Utama (n) = 1
Kuantum Azimut (l) = 0
Kuantum Magnetik (m) = 0
Akan tetapi untuk bilangan kuantum spinnya akan berbeda. Satu elektron punya kuantum spin +1/2 dan satunya punya bilangan kuantum spin -1/2.

Aturan Hund
Aturan hund didasarkan pada data valin spektroskopi atom. Atruan ini mengikat bahwa:
Proses pengisian elektron ke dalam orbital pertama kali akan mengisi semua orbital dengan tingkat energi yang sama terlebih dahulu sebelum memasangkan dengan elektron lain di orbital yang setengah penuh.
Jadi tidak boleh mengisi langsung dua elektron pada satu orbital yang sama.
Contoh
Konfigurasi elektron pada unsur Nitrogen (Z=7) adalah 1s2 2s2 2p3 maka pengisian elektron pada orbitalnya yang tepat adalah

Aturan Aufbau (Membangun)
Aufbau adalah kata dalam bahasa jerman “Aufbauen” yang punya makan membangun. Saat sobat menulis bangunan konfigurasi elektron, sobat harus membangunnya atom by atom mulai dari tingkat energi yang paling rendah (dekat dengan inti) ke tingkat energi yang lebih tinggi (jauh dari inti).
Misalnya kita akanmenuliskan konfigurasi elektron mulai dari unsur boron ke neon yang sama-sama memiliki subkulit 2p
1.       B (Z = 5) konfigurasinya 1s2 2s2 2p1
2.       C (Z = 6) konfigurasinya 1s2 2s2 2p2
3.       N (Z = 7) konfigurasinya 1s2 2s2 2p3
4.       O (Z = 8) konfigurasinya 1s2 2s2 2p4
5.       F (Z = 9) konfigurasinya 1s2 2s2 2p5
6.       Ne (Z = 10) konfigurasinya 1s2 2s2 2p6
Pengecualian Aturan Aufbau
Meskipun aturan aufbau sudah menjelaskan bagaimana proses membangun konfigrasi elektron secara akurat, namun faktanya ada pengecualian yang terjadi. Contohnya pada logam transisi dan beberapa unsur logam berat. Elektron sudah lompat ke orbital yang lebih tinggi padahal orbital di bawahnya belum penuh. Berikut diantaranya
Unsur
Konfigurasi
Chromium
[Ar] 3d5 4s1
Niobium
[Kr] 5s1 4d4
Molybdenum
[Kr] 5s1 4d5
Ruthenium
[Kr] 5s1 4d7
Rhodium
[Kr] 5s1 4d8
Palladium
[Kr] 4d10
Perak
[Kr] 5s1 4d10
Cerium
[Xe] 6s2 4f1 5d1
Gadolinium
[Xe] 6s2 4f7 5d1
Platinum
[Xe] 6s1 4f14 5d9
Emas
[Xe] 6s1 4f14 5d10
Aktinium
[Rn] 7s2 6d1
Thorium
[Rn] 7s2 6d2
Protactium
[Rn] 7s2 5f2 6d1
Uranium
[Rn] 7s2 5f3 6d1
Neptunium
[Rn] 7s2 5f4 6d1
Curium
[Rn] 7s2 5f2 6d1
Lawrencium
[Rn] 7s2 5f14 7p1
Yuk sobat kita lanjut ke bagaimana cara menulis konfigurasi elektron dari sebuah atom
Cara Menuliskan Konfigurasi Elektron
Saat menulis konfigurasi elektron hal yang pertama kali sobat tulis adalah tingkat energi kemudian subkulit dan terakhir jumlah elektron yang mengisinya (ditulis subscript). Ada tiga metode utama yang dapat sobat pakai untuk menuliskan konfigurasi elektron yaitu
1.       Cara Orbital Diagram
2.       Notasi spdf
3.       Notasi Gas Mulia
1. Diagram Orbital
Diagram orbital adalah cara visual untuk merekonstruksi konfigurasi dengan menunjukkan masing-masing orbital secara terpisah berikut putaran elektronnya. Cara ini dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan subkulit (s, p, d, atau f) kemudian baru menuliskan elektron sesuai aturan-aturan yang disebutkan di atas.
Contoh
Coba sobat tuliskan konfigurasi elektron dari alumunium?
Jika melihat ke tabel periodik unus alumunium berada di periode 3 dengan nomor atom 13. Ia berada di blok p. Jadi konfigurasi elektronnya subkulit terakhirnya pasti 3p. Alumunium akan mengsisi penuh orbital 1s, 2s, 2p, dan 3s sebanya  12 elektron (2+2+6+2). Jadi sisa 1 elektron akan mengisi sub kulit 3p.

2. Cara Notasi SPDF
Cara berikutnya untuk menuliskan konfigurasi elektron adalah menggunakan notasi spdf. Notasi spdf ini adalah cara yang paling umum dan paling sering kita gunakan. Meskipun dengan cara ini kita tidak memakai diagram tapi jumlah elektron untuk setiap tingka energi dituliskan dalam angka subscript yang mengikuti tingkat energinya. Misalkan ada notasi spdf 1s2 ini menunjukkan pada tingat energi 1s terisi penuh (2 elektron) dan merujuk pada konfigurai atom helium.
Contoh
Tuliskan konfigurasi unsur Seng (Z = 30)
Zinc adalah unsur yang berada di blok d maka konfigurai elektronnya jika dituliskan menggunakan notasi spdf adalaah
1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10
3. Notasi Gas Mulia
Gas mulia memiliki konfigurasi-konfigurasi elektron yang paling stabil dalam artian semua subkulit mereka akan terus terisi penuh. Dengan demikian ia bisa digunakan sebagai alat bantu untuk menuliskan konfigurasi elektron dengan notasi yang lebih pendek dan praktis dibandingkan dengan notasi spdf. Cara menuliskannya adalah menuliskan lambang unsur gas mulia di dalam kurung siku sebagai pengganti konfigurasi gas mulia tersebut diikuti dengan konfigurasi sisanya.
Contoh
Pada poin sebelumnya kita sudah mencari konfigurasi elektron dari unsur Zinc sebagai berikut:
1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10
ternyata eh ternyata
1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 adalah konfigurasi dari unsur Ar
Jadi bisa menuliskan konfigurasi elektron  dengan lebih pendek menjadi
[Ar] 4s2 3d10