Paradoks Sosial…!
PENGGETAHUAN DAN PIKIRAN
(Yunus Adiantor SL, S.Pd., M.Si)
Pengetahuan
dan pikiran: tahukah Anda perbedaannya? Kita semua tahu memperluas pengetahuan
dan mengembangkan pikiran itu tujuan utamanya satu, yakni senjata untuk
menghadapi masalah dalam kehidupan. Beberapa orang dengan bangganya memamerkan
pengetahuannya, dan mengajarkan pengetahuannnya kepada orang lain dengan
anggapan bahwa pengetahuan menjamin bahwa kita akan semakin ahli dalam
memecahkan masalah-masalah yang menghampiri atau menciptakan inovasi-inovasi baru.
Tahukah Anda bahwa pengetahuan itu “berbahaya”, seperti pedang bermata dua? Ya,
pengetahuan hanya akan berguna untuk kebaikan jika digunakan dengan bijak. Di
sini saya tidak membahas hal-hal seperti pemanfaatan pengetahuan untuk membuat
piranti-piranti jahat atau proyek-proyek bejat lainnya, melainkan tentang hal
kecil yang sering teracuhkan yakni dalam memecahkan masalah.
Pengetahuan
bisa saja membutakan kita dari jalan yang benar.
Umpamakanlah
si A dan si B sama-sama disuruh gurunya memasang sebuah pigura di dinding kelas
dan mereka sama-sama punya bahan untuk itu: paku. Masalahnya ialah bagaimana
cara memaku dinding agar pigura dapat terpasang? Tentu saja pakunya perlu
dipalu, dan mereka tak punya palu. Si A, yang menggunakan pikiran jernih untuk
memecahkan masalah itu keluar sejenak, dan mendapatkan batu untuk memukul paku
hingga menancap di dinding. Si B, dengan pengetahuannya, memutuskan ia
memerlukan palu untuk memalu paku tadi. Pergilah si B mencari palu ke bagian
perlengkapan sekolah, kantin, sampai ke rumah warga. Ia tak mengindahkan
berbagai hal yang sebenarnya dapat digunakan untuk memecahkan masalah itu. Ia
mencoba meminjam palu dari satu tempat ke tempat lain sampai dapat.
Si
A adalah orang yang menggunakan pengetahuan dan pikirannya secara bijak. Ia
adalah orang yang mendahulukan kemurnian pikiran daripada pengetahuan. Yang
diperlukan ialah menancapkan paku ke dinding, maka dengan pikiran yang benar ia
mencari cara untuk menancapkan paku. Si B adalah orang yang kurang bijak
menggunakan pengetahuan dan pikirannya. Ia membiarkan pengetahuannya menutupi
jalan keluar yang sebenarnya ada di dekatnya. Yang ia perlukan adalah palu,
maka ia mengabaikan batu-batu dan benda lainnya (yang sebenarnya dapat
digunakan) dan mencari jalan panjang dan memakan waktu untuk menyelesaikan
masalah itu sesuai dengan pengetahuannya. Si B membiarkan pengetahuannya
menutupi jalan keluar. Si A dengan mudah dan cepat menyelesaikan masalah,
sedangkan si B mencari jalan yang rumit dan memakan waktu (malah mungkin tidak berhasil)
karena beranggapan bahwa solusi hanya mungkin jika sesuai dengan pengetahuan.
Jangan
biarkan pengetahuan menutupi jalan kebenaran. Kita harus menggunakan
pengetahuan yang kita miliki secara bijak.
0 komentar:
Posting Komentar