Astronomi
Dasar
Definisi
Ulang 1 Satuan Astronomi
(Tentor
OSN SMA Negeri 1 Fakfak)
Berapa
jarak Bumi – Matahari? Jawaban paling mudah adalah 1 Astronomical Unit (au) atau kalau dalam bahasa Indonesia jadi 1 Satuan
Astronomi (SA). Ini memang cara mudah mengingat jarak Bumi – Matahari atau
sebagai skala jarak dalam Tata Surya.
Jauh lebih mudah mengingat jarak Mars – Matahari kurang lebih 1,5 au daripada
jarak sebenarnya yang ratusan juta km.
Nah angka 1 au ini juga tidak muncul dengan tiba-tiba melainkan
dari perhitungan panjang yang dimulai oleh Aristarchus dari Samos, pemikir abad
Yunani Klasik. Ia memperkirakan jarak Bumi-Matahari hanya 20 kali jarak Bumi-Bulan
(jarak Bumi-Bulan: 384 000 km), tapi ternyata perkiraannya meleset jauh karena
jarak Bumi-Matahari ternyata sekitar 390 kali jarak Bumi-Bulan.
Pengukuran presisi pertama kali dilakukan pada tahun 1672 oleh
Giovanni Cassini dan rekannya Jean Richer yang mengamati Mars dari 2 lokasi
berbeda yakni Paris dan Guyana Prancis. Dengan menggunakan sistem parallax,
para astronom berhasil menghitung jarak Bumi – Mars dan menggunakan hasil
tersebut untuk menghitung jarak Bumi – Matahari. Hasilnya mereka menemukan
kalau jarak Bumi – Matahari 140 juta km. Tidak terlalu jauh dari hasil
perhitungan saat ini.
Perhitungan dengan sistem parallax ini merupakan satu-satunya
metode perhitungan yang dapat dipercaya untuk menghitung jarak di sistem Tata
Surya. Dan jarak rata-rata Bumi – Matahari, 149.597.870.691 meter,
kemudian didefinisikan sebagai 1 Astronomical Unit atau 1 Satuan Astronomi yang
juga digunakan untuk menyatakan jarak dalam skala tata surya kita.
Tapi amandemen IAU 1976 System of Astronomical Constants
mendefinisikan satuan astronomi sebagai “jari-jari orbit sirkular mengelilingi
matahari yang bergerak dengan gerak rata-rata 0.01720209895 radian per
hari”. Hal ini dilakukan dengan asumsi jarak Bumi – Matahari tidak
dapat dihitung dengan akurat. Harga 0.01720209895 merupakan konstanta Gauss.
Penetapan definisi 1 au berdasarkan konstanta Gauss ini
menyulitkan para astronom yang bekerja dalam pemodelan Tata Surya. Bagaimana
tidak? Ketika Einstein memperkenalkan teori relativitas umum, maka kita tahu
kalau ruang waktu itu relatif bergantung pada lokasi pengamat. Dengan demikian
satuan astronomi juga bergeser sampai ribuan meter bahkan lebih ketika kerangka
acuannya bergeser. Meskipun memang untuk kasus wahana antariksa pergeseran ini
tidak berpengaruh karena jarak sudah dihitung dengan kerangka acuan Bumi.
Masalah lainnya datang dari Matahari. Konstanta Gauss bergantung
dengan massa Matahari ( k = (GMs)1/2 ). Jadi ketika
Matahari mengalami kehilangan massa saat ia meradiasikan energinya, konstanta
Gauss pun berubah dan artinya lagi satuan astronomi juga mengalami perubahan
secara perlahan.
Tapi kan perkembangan teknologi masa kini sudah mampu untuk
mengukur jarak Bumi – Matahari dengan tingkat akurasi tinggi. Pengukuran
jarak tersebut bisa dilakukan menggunakan laser ataupun wahan antariksa. Karena
itu dirasa perlu untuk mendefinisi ulang harga tepat 1 au untuk digunakan
secara umum.
Dalam IAU GA di Beijing, China pendefinisian ulang ini dilakukan
melalui voting anggota IAU yang hadir. Hasilnya disetujui adanya penetapan
149.597.870.700 meter sebagai 1 au dan simbol “au” digunakan untuk menyatakan
Astronomical Unit atau Satuan Astronomi.
Lantas apakah definisi ulang ini memberikan efek pada Bumi?
Tentu saja tidak. Bumi tetap pada tempatnya dan akan terus bergerak
mengelilingi barycenter yang berada sangat dekat dengan Matahari. Tapi bagi
astronom penentuan harga 1 au tersebut menunjukkan kalau saat ini manusia sudah
bisa menentukan jarak yang presisi antara Bumi – Matahari.
0 komentar:
Posting Komentar