Minggu, 30 Oktober 2016

Astrofisika Dasar

Magnetohidrodinamik Relativistik: Deskripsi Cakram Akresi

Telah beribu-ribu orang melihat ke langit dan terkungkung olehnya. Lama sekali umat manusia melihat langit dengan penuh kekaguman dan kadang-kadang ketakutan. Tetapi kemudian, dari desakan kebutuhan, timbul pengertian dan mereka mengenali langit serta permukaannya seperti tanda-tanda dewata yang khusus dibuat untuk manusia di bumi kecil ini. Di abad sekarang ini, seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kita dapat melihat langit dan seisinya (kosmos) dari sudut yang jauh berbeda.
Astronomi dan fisika (astrofisika) dan juga ilmu antariksa adalah gabungan, fakta, antara pengetahuan mengenai benda serba lembut dan serba besar. Dalam melihat kosmos mikro, ditinjau sifat dan kelakuan inti, atom, molekul, benda serba padat, planet dan hubungan fungsional antara unit tersebut. Tetapi dalam melihat kosmos makro, astrofisikawan melihat bintang-bintang dan unit-unit lain dalam hierarki yang membesar. Bintang-bintang bergabung dalam gugus, dalam suatu asosiasi. Tetapi ini semua adalah bagian kecil dari suatu organisasi yang lebih besar, galaksi. Ribuan galaksi, 200 milyar banyaknya, menggabungkan diri dalam kelompok gugus galaksi. Jumlah bintang dalam tiap galaksi sungguhlah banyak dan sudah merupakan organisasi yang pelik. Galaksi kita (Milky way) memuat 2000 milyar bintang. Satu di antaranya adalah matahari kita. Dan ada berapa milyar “dunia” lain lagi ada di sekitar kita ini? adakah hukum yang menguasai semua itu, yang mengatur gerakannya, yang mengatur pembangkitan dan kesetimbangan energinya? itulah sedikit dari daftar pertanyaan tentang alam semesta makrokosmos.
Sains fiksi sudah pelik, tetapi alam sebenarnya jauh lebih pelik tetapi indah. Penjelajahan alam itu selain merupakan petualangan atau pengembaraan alam pikiran manusia yang adi dan terhormat, juga membutuhkan keberanian dan imajinasi untuk menerangkan fenomena aneh di jagad raya, seperti: katai putih dan raksasa merah, ada quasar, pulsar. Jagad yang diperkirakan adem ayem, ternyata merupakan jagad yang eksplosif. Dua macam jagad hidup berkoeksistensi. Jagad yang panas dengan temperatur 1.000 milyar derajat berdampingan dengan jagad yang dingin, bintang-bintang seperti matahari kita (dengan suhu permukaan 6000 K ), materi antarbintang (dengan temperatur hampir mendekati nol derajat absolut) dan bumi tempat kita kita hidup. Apa yang diinginkan adalah mencari satu model untuk menerangkan peristiwa di atas.
Fisika adalah ilmu yang berupaya menelaah (didasari oleh aspek eksperimen/empiris dengan penalaran logika) gejala alam mulai dari skala mikro (partikel elementer) hingga skala makro (jagad raya), serta mulai kelajuan rendah hingga maksimum. Sebagai suatu sains dasar yang berwawasan semesta, fisika mempunyai visi dan tujuan membongkar dan mendokumentasikan rahasia alam yang berkaitan dengan energi dalam berbagai ragam wujudnya: dalam bentuk terpendam sebagai materi yang tampil berupa massa, dalam bentuk kinetik seperti ditemukan pada cahaya, dan semua jenis radiasi elektromagnet serta bentuk energi termal yang kesemuanya terkait dengan momentum linear, dan sebagai energi interaksi yang terjalin antara penyusun-penyusun materi (interaksi dua benda (body), tiga benda dan banyak benda) yang menjaga keutuhan dan stabilitas benda-benda penyusunnya. Hasil-hasil eksplorasi melahirkan: kaedah-kaedah, hukum-hukum dan asas-asas fisika sebagai penggambaran dan penegasan kekuasaan Tuhan yang penuh sinergi guna mengatur seluruh ciptaannya dalam alam semesta (Muslim,2007).
Dalam skala jagad raya, mulai dari jarak 107 parsec, seluruh materi dapat dianggap sebagai fluida yang kontinyu, homogen dan isotrop. Karena dianggap sebagai fluida, maka persamaan yang berlaku tunduk pada mekanika fluida. Sistem-sistem dalam astrofisika memiliki jangkauan dinamik dengan variasi sangat besar sekali. Sebagai misal, menurut sifat rapat massanya, materi antargalaksi memiliki rapat massa 10-28g cm-3, bintang seperti matahari rapat massanya 1g cm-3, dan bintang netron 1014g cm-3. Dalam variasi yang sama muncul parameter lain yang cukup kompleks, serta kemudian disederhanakan dalam bentuk suatu persamaan keadaan. Secara umum, persamaan keadaan tersebut akan menentukan tekanan yang dinyatakan dalam parameter fisis lainnya, seperti kerapatan dan suhu. Dengan mengetahui tekanannya, berarti pula kita dapat menentukan kesetimbangan gaya, gerak, dan dinamika sistem tersebut.  Tentu saja, semakin kompleks sistem yang ditinjau, semakin sulit untuk memodelkannya. Sebagai contoh, sistem dengan jumlah partikel yang sangat besar, yakni galaksi yang tersusun atas milyaran bintang, tidak mudah untuk mendapatkan persamaan sistemnya. Suatu kondisi lain jika kita mampu mendefinisikan tekanan dan distribusi partikel dinyatakan sebagai fungsi fungsi tenaga ataupun suhu, dapat ditentukan keadaan pula apakah sistem yang ditinjau relativistik atau nonrelativiatik, merosot atau takmerosot (Padmanabhan,2006).
Persamaan keadaan sistem dapat diterapkan untuk berbagai kondisi medan gravitasi, sebagai contoh ....... dan ....... (self gravitasi), jika persamaan keadaan sistem barotropik, penyelesaiannya langsung bisa diitegralkan. Namun jika keadaan sistem politropik, secara aljabar penyelesaian diperoleh dengan menyelesaikan persamaan diferensial “Lane-Emde” dengan syarat batas tertentu (Padmanabhan, 2006).
Untuk meninjau keadaan sistem astrofisika, tidak cukup dengan model fluida statik. Gerak fluida (fluida dinamik) cukup menarik. Subyek fluida dinamik selalu terkait dengan pengertian gerakan fluida (pada lingkup tinjauan tertentu) yang memenuhi persamaan kontinyuitas dan persamaan Euler, serta persamaan hidrodinamik lain pada keadaan tertentu. Macam gerakan fluida dapat berupa supersonik, atau turbulen, atau tidak ada gerakan sama sekali (terdapat kesetimbangan gaya gravitasi dan gradien tekanan). Jarang ditemui dalam astrofisika bentuk gerakan fluida yang sederhana, berpola (tractable), contoh akresi, ledakan bintang, angin bintang, angin galaksi, dan lain-lain.
Akresi memainkan peran penting dalam beberapa tinjauan dalam masalah astrofisika. Akresi merupakan gerakan jatuhnya materi di sekitar cakram akresi menuju titik tertentu yakni pusat cakram (lubang hitam). Cakram akresi adalah kumpulan materi/benda-benda yang membentuk suatu bidang cakram, dan materi tersebut bergerak menuju pusat akresi. Para teoriwan telah melakukan banyak penelitian untuk memodelkan fenomena cakram akresi. Teori klasik akresi pada keadaan isotermal (Bondi teori). Secara komprehensiv Clarke & Carswell (2007) telah membahas cakram akresi untuk aliran tunak, memperhitungkan viskositas untuk cakram tipis. Aliran sferis tunak relativistik untuk gas sempurna pertama kali diteliti oleh Michel (1972), kemudian dilanjutkan oleh Begelman (1978), Brinkmann (1980), Das dan Sarkar (2001). Tinjauan terkini oleh Peirani (2008), merevisi akresi relativistik sebelumnya, yakni meneliti tentang akresi benda gelap serta peranannya dalam menyumbangkan pertumbuhan halo lubang hitam. Benih lubang hitam berukuran menengah (pada sistem dengan massa 103-104 massa matahari) terbentuk oleh awan gas primordial yang kolaps/runtuh (Koushiappas, Bullock, dan Dekel, 2004) atau keruntuhan inti pada gugus bintang relativistik yang menyebabkan ledakan bintang, dan diprediksi terjadi pula pada awal terbentuknya suatu galaksi (Shapiro, 2004). Di samping terbentuk benih lubang, bintang massif ini menghasilkan sumber sinar ultra ungu. Hal ini berarti terjadi reionisasi pada jagad raya. Fungsi kecerlangan bolometrik kuasar pada pergeseran merah yang berbeda mengindikasikan bahwa untuk keadaan awal, massa yang terakresi ke inti lubang hitam haruslah materi baryonik (Hopkins, Richards, Hernquist, 2007).
Magnetohidrodinamik merupakan bentuk kompleks fluida dinamik, yang mana fluida terdiri atas partikel-partikel bermuatan. Clarke dan Carsswell (2007) membahas prinsip-prinsip perilaku sistem magnetohidrodinamik yang dipengaruhi oleh medan elektromagnet (plasma) Berdasarkan pengamatan penulis selama ini, bahwa diperlukan pula pendekatan model proses akresi untuk skenario partikel (bintang-bintang) di sekitar galaksi (SMBHs). Untuk mewadahi sistem tersebut, diperlukan perluasan magnetohidrodinamik relativistik untuk astrofisika.

By Yunus Adiantor
(Tentor OSN Astronomi Fakfak)
Posted in AstrophysicsFluidaAstrophysicsBintangDinamikFluidamagneto hidrodinamik
MatahariMathematicsPhysicsPlanetScience

0 komentar:

Posting Komentar