Bagaimana Bentuk Jagad Raya?
Oleh: Yunus Adiantor
Yang ingin tahu bentuk Jagad Raya atau Alam Semesta ini bukan
cuma kamu loh. Para astronom pun ingin tahu seperti apa alam semesta kita ini.
Berdasarkan pengamatan, dalam skala besar, alam semesta berada dalam keadaan homogen dan isotropi serta pengamat
tidak berada pada posisi yang istimewa di alam semesta. Homogen
memberi arti dimanapun pengamat berada di alam semesta ia akan mengamati hal
yang sama. Sedangkan isotropi artinya ke arah manapun pengamat memandang ia
akan melihat hal yang sama. Dengan demikian tidak ada tempat istimewa di alam
semesta. Model ini menyatakan bahwa alam semesta seharusnya mengembang dalam
jangka waktu berhingga, dimulai dari keadaan yang sangat panas dan padat.
Nasib alam semesta sendiri ditentukan oleh pertarungan antara
momentum pemuaian dan gaya tarik gravitasi. Laju pemuaian alam semesta ini
dinyatakan oleh konstanta Hubble H0, sedangkan besarnya gravitasi
ditentukan oleh kerapatan dan tekanan materi di alam semesta. Jika
tekanan materi rendah, seperti halnya terjadi pada sebagian besar bentuk
materi, maka nasib alam semesta akan ditentukan oleh kerapatan. Nilai kerapatan
sangat berperan penting untuk menentukan bentuk alam semesta jika dibandingkan
dengan kerapatan kritis. Apakah kerapatan alam semesta lebih besar, sama atau
kurang dari kerapatan kritis akan ikut menentukan nasib alam semesta.
Ada tiga kemungkinan umum dari “bentuk alam semesta”.
Tiga model solusi untuk alam semesta. Kredit : NASA
Pertama, alam semesta seperti balon. Alam semesta akan memiliki
kurvatur positif seperti bola. Untuk kasus seperti ini para astronom
menyebutkan alam semesta tertutup yang artinya, alam semesta
akan memiliki ukuran terbatas tapi tidak memiliki batasan. Sama seperti balon
yang sebenarnya ukurannya terbatas tapi kamu bisa meniupnya sampai sebesar yang
kamu suka. Seandainya kamu mengendarai pesawat luar angkasa sejauh
mungkin ke satu arah maka kamu akan menemukan dirimu kembali pada titik yang
sama. Dalam alam semesta tertutup, kerapatan alam semesta lebih besar
dari kerapatan kritis sehingga suatu saat alam semesta akan berhenti mengembang
dan kemudian mengalami keruntuhan terhadap dirinya sendiri yang disebut Big
Cruch.
Kemungkinan kedua adalah alam semesta datar yang memiliki
kurvatur nol. Alam semesta ini seperti sepotong kertas atau bisa digambarkan
juga seperti potongan bahan balon yang bisa ditarik. Dalam alam semesta datar,
kerapatan alam semesta sama dengan kerapatan kritis. Tapi tidak berarti alam
semesta ini tidak bisa memuai. Alam semesta datar juga bisa memuai selamanya
tapi laju pemuaiannya mendekati nol.
Kemungkinan ketiga adalah alam semesta terbuka atau alam
semesta yang memiliki kurvatur negatif. Kalau digambarkan ia akan tampak
seperti bentuk pelana. Pada alam semesta terbuka, kerapatan alam semesta lebih
kecil dari kerapatan kritisnya dan alam semesta akan memuai selamanya dan yang
menarik, laju pemuaiannya tidak akan pernah mendekati nol.
Dari ketiga model tersebut mana yang mendekati?
Wahana WMAP (Wilkinson Microwave Anisotropy Probe) yang
memetakan alam semesta menunjukkan semesta kita memiliki model alam semesta
datar.
Hasil pengamatan juga menunjukkan kalau alam semesta memuai
dipercepat dengan area terluar bergerak menjauh dengan kecepatan mendekati
kecepatan cahaya. Tapi bukankah dalam alam semesta datar laju pemuaiannya
mendekati nol?
Alam semesta datar memang bisa memuai selamanya tapi tidak
dengan kecepatan seperti itu. Karena itu para astronom menduga keberadaan
energi gelap yang mendorong galaksi untuk saling menjauh.
Ada apa di luar alam semesta ?
Jawabannya tidak diketahui ada apa di luar alam semesta. Tapi
perlu diingat, ruang dan waktu dimulai ketika terjadi Dentuman Besar aka Big
Bang karena itu tidak ada apapun sebelum Big Bang. Artinya tidak ada
apapun di luar alam semesta.
Dalam alam semesta datar, alam semesta memang memuai selamanya.
Tapi, usia alam semesta pun terbatas sehingga secara teknis pengamat hanya bisa
mengamati volum terbatas dari alam semesta. Kesimpulannya alam semesta jauh
lebih besar dari alam semesta yang sudah teramati.
0 komentar:
Posting Komentar