Selasa, 04 April 2017

Astronomi dan Jagat Raya

KONSTELASI, ASENSIOREKTA, DAN EKUATOR LANGIT
By: Yunus Adiantor SL)


I.1. Astronomi dan Jagat Raya
Sering disebutkan bahwa sekarang kita hidup dalam abad keemasan Astronomi. Yang paling menonjol dan penting adalah kelahiran kembali astronomi, yaitu zamannya ilmuwan Italia Galileo Galilei (1564 – 1642). Walaupun bukan dia yang menemukan teleskop, tetapi Galileo adalah orang pertama yang dalam tahun 1610 merekam apa yang ia lihat ketika ia mengarahkan sebuah lensa kecil (berdiameter 5 cm) ke langit. Penemuannya menciptakan sebuah perubahan pandangan besar dalam astronomi, dan juga sebuah terobosan dalam persepsi manusia tentang kosmos.
Diantara “benda-benda aneh” lain yang ia temukan adalah gugusan-gugusan bintang sepanjang Galaksi Bima Sakti, bulan dan cincin sekeliling planet raksasa, nebula warna warni yang sebelumnya semua orang belum pernah melihatnya.

I.2. Tempat Kita di Bumi
Dari semua pandangan ilmu, Bumi bukanlah titik pusat atau menempati posisi khusus dalam jagat raya. Kita tidak mendiami tempat yang unik dalam jagat raya. Penelitian astronomi, terutama dalam beberapa dekade terakhir, secara tegas menyimpulkan bahwa kita tinggal pada sesuatu yang mirip dengan planet berbatu biasa yang disebut Bumi, satu dari delapan planet yang mengitari sebuah bintang biasa yang disebut Matahari, sebuah bintang yang berlokasi sekitar sepertiga daripinggiran kumpulan besar bintang yang disebut Galaksi Bima Sakti (Milky Way), yang merupakan satu dari milyaran galaksi lain yang tersebar di seluruh jagat raya yang teramati.
Bintang-bintang raksasa ini mati dalam ledakan besar, menghamburkan elemen yang dibentuk jauh di dalam inti yang sangat besar. Akhirnya, materi ini terkumpul dalam awan gas yang secara perlahan runtuh dan melahirkan bintang generasi baru berikutnya. Dengan cara ini, Matahari dan keluarga planetnya terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu. Segala sesuatu di Bumi dipasok atom dari bagian lain jagat raya, dan jauh dari masa lalu yang lebih jauh dari awal evolusi manusia. 
Secara sederhana dapat dikatakan, bahwa jagat raya (universe) adalah totalitas seluruh ruang angkasa, waktu, materi dan energi. Astronomi adalah telaah tentang jagat raya. Ia adalah sebuah subyek yang agak berbeda dengan yang lainnya, karena ia menuntut kita untuk secara mendalam mengubah pandangan kita tentang kosmos dan melihat materi sebagai sesuatu dengan skala yang sama sekali tidak akrab dengan pengalaman sehari-hari. Sebagai contoh, lihat saja misalnya sebuah galaksi yang bernama Andromeda (Gambar I.1). Ia adalah kumpulan besar bintang-bintang dengan jumlah ratusan milyar – lebih banyak bintang daripada jumlah manusia yang pernah hidup di Bumi. Struktur keseluruhan galaksi Andromeda terlihat di langit dengan diameter selebar 100.000 tahun cahaya. 


 Gambar I.1. Galaksi Andromeda
Tahun cahaya adalah satuan jarak yang diperkenalkan oleh astronom untuk melukiskan jarak yang sangat jauh. Kita akan sering menemukan satuan seperti ini dalam astronomi. Astronom sering memperbesar sistem metrik standar dengan tambahan satuan yang digunakan dalam masalah-masalah khusus yang sedang dibahas.

I.3. Konstelasi di Langit
Antara Matahari terbenam dan Matahari terbit pada sebuah malam yang cerah, kita akan bisa melihat sekitar 3.000 titik cahaya di langit. Jika kita masukkan pemandangan langit dari muka Bumi sebaliknya, hampir 6.000 bintang tampak pada mata telanjang.
Beberapa konstelasi bisa digunakan untuk petunjuk navigasi. Bintang Polaris menunjukkan arah Utara, dan lokasinya yang hampir tetap di langit, dari jam ke jam, dari malam ke malam, telah membantu penjelajah selama berabad-abad. Konstelasi lain digunakan sebagai kalender primitif untuk meramalkan musim menanam dan musim panen. Sebagai contoh, kenampakan bintangWaluku/Wuluku di langit Timur pada awal malam dianggap sebagai tanda dimulainya musim hujan, dan masa pertanian segera tiba.
Bintang-bintang yang membentuk konstelasi tertentu sebenarnya tidak berdekatan antara satu dengan lainnya di langit, bahkan dengan standar astronomi sekali pun. Mereka semata-mata hanya cukup terang untuk diamati dengan mata telanjang dan kebetulan terletak kira-kira dalam arah yang sama di langit dilihat dari Bumi. Tetapi, konstelasi juga menyediakan cara yang cocok untuk para astronom untuk pengenalan daerah yang luas di langit, seperti halnya ahli geologi menggunakan benua atau seorang Presiden mengenal nama-nama provinsi dalam negaranya. Total ada 88 buah kontelasi di seluruh langit, tetapi hanya ada 12 yang berada pada atau sekitar ekliptika (lingkaran tahunan Matahari) yang disebut sebagai zodiak.


Posisi Bintang di Langit
II.1. Bola Langit

 Selama perjalanan malam, bintang-bintang atau konstelasi tampak bergerak dengan sangat pelan sekali (tidak bisa terdeteksi dengan pengamatan mata telanjang dalam rentang waktu yang singkat) sepanjang langit dari Timur ke Barat. 
Untuk titik pandangan modern, gerakan semu bintang-bintang di langit adalah hasil dari rotasi dari Bumi pada porosnya, bukan rotasi bola langit. Pada belahan langit Utara, Kutub Langit Utara (KLU) terletak di atas Kutub Utara Bumi. Perpanjangan sumbu rotasi Bumi pada arah yang berlawanan menentukan Kutub Langit Selatan (KLS). Persis ditengah-tengah antara KLU dan KLS terletak ekuator langit, yang merupakan perpotongan antara bidang ekuator Bumi dengan bola langit.

II.2. Ukuran Sudut
Besar dan skala sering dinyatakan dengan mengukur panjang dan sudut. Konsep pengukuran panjang sudah sangat akrab kepada kita semua. Tetapi konsep pengukuran sudut mungkin masih kurang akrab. Tapi kita coba ingat beberapa fakta sederhana di bawah ini:
i. Sebuah lingkaran penuh besarnya 360 derajat. Jadi, setengah lingkaran yang merentang dari horizon ke horizon, melintasi titik tepat di atas kepala dan merangkum bagian langit yang tampak pada seseorang pada suatu saat, besarnya 180 derajat.
ii. Setiap bagian 1 derajat lebih jauh dapat dibagi-bagi lagi ke dalam bagian dari derajat, yang disebut menit busur. Ada 60 menit busur (60') dalam satu derajat. (Terminologi menit “busur”digunakan untuk membedakan satuan sudut ini dengan satuan menit waktu). Matahari dan Bulan tampak sebagai benda bulat yang besarnya 30 menit busur  atau setengah derajat di langit.
iii. Satu menit busur dapat dibagi menjadi 60 detik busur (60"). Dengan kata lain, kalau satu menit busur (1') adalah 1/60 derajat, maka satu detik busur (1") adalah 1/60x1/60 = 1/3.600 derajat. Satu detik busur (1") adalah satuan ukuran sudut yang sangat kecil – besarnya sudut dari sebuah benda dengan panjang 1 centimeter dilihat dari jarak 2 kilometer.
Jangan dicampuradukkan satuan yang digunakan untuk mengukur sudut ini. Menit busur dan detik busur tidak ada hubungannya dengan pengukuran waktu, dan derajat tidak ada hubungannya dengan temperatur. Derajat, menit busur, dan detik busur adalah semata-mata cara untuk mengukur besarnya dan menentukan posisi benda langit pada bola langit.
 Ukuran atau besarnya sudut dari sebuah benda bergantung kepada ukuran fisis yang sebenarnya dan jaraknya dari kita. Sebagai contoh, Bulan, pada jaraknya yang sekarang dari Bumi, mempunyai diameter sudut 0,5 derajat atau 30'Jika Bulan ditempatkan pada jarak 2 kali lebih jauh, ia akan tampak setengahnya – 15' – walaupun besar fisis sebenarnya tetap sama. Jadi, besar sudut saja tidak cukup untuk menentukan diameter yang sebenarnya dari benda itu. Jarak ke benda tersebut harus harus juga diketahui.

II.3. Koordinat Langit
Untuk pengukuran yang lebih teliti, astronom menerapkan sistem koordinat langit pada bola langit. Jika kita menganggap bintang-bintang menempel pada sebuah bola langit yang berpusat di Bumi, sistem lintang dan bujur pada permukaan Bumi diperluas sehingga mencakup langit. Lintang dan bujur pada sistem koordinat permukaan Bumi, dalam sistem koordinat langit padanannya adalah masing-masing deklinasi dan asensiorekta. Gambar II.3 melukiskan maksud dari asensiorekta dan deklinasi pada bola langit, dan membandingkannya dengan bujur dan lintang pada permukaan Bola.


 Gambar II.3. Sistem koordinat di permukaan Bumi dan koordinat langit

Perhatikan hal-hal di bawah ini:
i. Deklinasi diukur dalam derajat ke Utara atau Selatan dari ekuator Bumi. Jadi, ekuator langit berada pada deklinasi 0 derajat, KLU pada deklinasi + 90 derajat, dan KLS mempunyai deklinasi– 90 derajat (tanda minus di sini memberi arti “selatan dari ekuator langit”).
ii. Asensiorekta diukur dalam satuan jammenit, dan detik.
Satuan sudut secara bersamaan digunakan juga dengan satuan waktu, untuk membantu dalam pengamatan astronomi. Dua set satuan ini dihubungkan dengan rotasi Bumi (atau bola langit). Dalam 24 jam, Bumi berotasi sekali pada sumbunya atau sebanyak 360 derajat. Jadi, dalam periode 1 jam, Bumi berotasi sebesar 360 derajat/24= 15 derajat, atau 1 jam. Dalam 1 menit waktu, Bumi berotasi dalam sudut sebesar = 15 derajat/60 = 0,25 derajat, atau 15 menit busur (15'). Dalam 1 detik waktu, Bumi berotasi sebesar sudut = 15'/60 = 15 detik busur (15"). Titik nol untukasensiorekta dipilih saat Matahari di langit berada pada posisi Vernal Equinox, yaitu perpotongan antara ekuator langit dengan ekliptika.
Asensiorekta dan deklinasi secara spesifik menunjukkan lokasi di langit yang serupa dengan koordinat bujur dan lintang yang menentukan lokasi pada permukaan Bumi.Asensiorekta dan deklinasi terikat dalam bola langit. Walaupun bintang tampak bergerak di langit karena rotasi Bumi, koordinat mereka tetap konstan sepanjang malam, karena pada saat bersamaan titik vernal equinox yang menjadi titik nol asensiorekta bergerak dengan harga yang sama dengan bintang.

Gerak Bumi

III.1. Rotasi dan Revolusi Bumi

Kita mengukur waktu berdasar acuan pada Matahari. Karena irama hari dan malam sangat penting pada kehidupan kita, maka periode waktu antara suatu tengah hari ke tengah hari berikutnya, atau suatu tengah malam ke tengah malam berikutnya, yaitu hari matahariyang panjangnya 24 jam, adalah satuan waktu sosial dasar manusia. Perubahan posisi Matahari dan bintang-bintang di langit sepanjang hari/malam disebut gerak harianTiap malam, keseluruhan bola langit tampak bergeser sedikit terhadap horizon, dibanding malam berikutnya. Cara yang paling mudah untuk mengkonfirmasi hal ini adalah dengan menyaksikan bintang-bintang yang tampak sesaat setelah Matahari terbenam atau sebelum fajar. Kita akan melihat bahwa bintang-bintang berada pada posisi sedikit berbeda dari malam sebelumnya (kira-kira 4 menit lebih cepat). Karena pergeseran kecil ini, hari yang diukur berdasar acuan bintang – disebut hari sideris – berbeda panjangnya dengan hari matahari.
 Gambar III.1. Hari Sideris

Penyebab perbedaan antara hari matahari (hari dengan acuan Matahari) dan hari sideris(hari dengan acuan bintang) dilukiskan pada Gambar III.1. Terjadinya perbedaan ini dikarenakan Bumi melakukan dua macam gerakan yaitu rotasi dan revolusi secara bersamaan. Selama berotasi Bumi juga bergerak sedikit dalam orbitnya mengelilingi Matahari. Setiap Bumi berotasi sekali pada sumbunya ia juga bergerak sedikit sepanjang orbitnya mengitari Matahari. Oleh karena itu Bumi harus berotasi lebih besar daripada 360 derajat agar Matahari berada di posisi (di langit) satu hari sebelumnya. Jadi, interval waktu antara suatu tengah hari ke tengah hari berikutnya (satu hari matahari) lebih lama daripada satu perioda rotasi yang acuannya bintang (satu hari sideris). Planet Bumi perlu waktu 365 hari untuk mengorbit Matahari, jadi sudut tambahan yang ditempuh adalah 360 derajat/365 = 0,986 derajat. Karena Bumi berotasi dengan 15 derajat per jam, diperlukan 3,9 menit untuk berotasi sebesar sudut 0,986 derajat ini. Jadi hari matahari 3,9 menit (dibulatkan menjadi 4 menit) lebih panjang daripada hari sideris, atau panjang hari sideris sama dengan 23h 56m.

III.2 Perubahan Musim

Untuk masing-masing posisi Bumi, langit yang tampak dari Bumi yang sedang mengalami malam hari berbeda-beda. Pada kira-kira bulan Maret langit yang tampak dalam bulan itu adalah langit yang menampilkan bintang-bintang dari konstelasi Leo, Virgo, dan Libra. Sedangkan tiga bulan setelahnya yaitu kira-kira bulan Juni bintang dalam rasi-rasi Scorpio, Sagittarius, dan Capricornus akan tampak. Begitu seterusnya. Perubahan musiman yang teratur ini terjadi karena revolusi Bumi mengelilingi Matahari. Bagian gelap belahan langit dari Bumi menghadap arah langit yang sedikit demi sedikit bergeser tiap malamnya. Perubahan dalam arah ini hanya sekitar 1 derajat saja per malamnya – perubahan yang terlalu kecil untuk bisa dilihat dengan mata telanjang, dari suatu malam ke malam berikutnya. Tetapi akan terlihat kentara dalam rentang mingguan atau bulanan seperti ditunjukkan dalam Gambar III.2.


Gambar III.2 Pemandangan langit malam berubah dengan bergeraknya Bumi dalam orbitnya mengelilingi Matahari. Seperti ditunjukkan dalam gambar di atas, bagian malam hari dari Bumi menghadap sekumpulan konstelasi pada waktu yang berbeda dalam setahun. Dua belas nama-nama konstelasi yang tampak disini yang berada di atau dekat ekliptika disebut zodiak.


Setelah enam bulan Bumi telah mencapai bagian seberang orbitnya, dan kita menghadap ke kelompok bintang dan konstelasi yang sama sekali berbeda pada langit malamnya. Karena gerakan ini, Matahari tampak (terhadap pengamat di Bumi) bergerak relatif terhadap bintang-bintang latar belakang sepanjang tahun. Gerakan semu Matahari di langit mengikuti lintasan pada bola langit selama setahun disebut ekliptika. Ke 12 konstelasi yang dilalui Matahari ketika ia bergerak sepanjang ekliptika – yaitu konstelasi-konstelasi yang akan kita lihat pada arah Matahari jika konstelasi-konstelasi itu (zodiak) tidak terhalangi oleh silaunya sinar Matahari – memiliki arti yang sangat penting bagi astrolog zaman dulu.
Seperti diperlihatkan dalam Gambar III.2, ekliptika membentuk lingkaran besar pada bola langit, miring dengan sudut 23,5 derajat terhadap ekuator langit.
Dalam kenyataannya, seperti diilustrasikan pada Gambar III.3, bidang ekliptika adalah bidang orbit Bumi mengelilingi Matahari. Kemiringan ini terjadi sebagai konsekuensi dari inklinasi sumbu rotasi Bumi kita terhadap bidang orbitnya.


 Gambar III.3 Ekliptika dan ekuator langit
         
 Titik pada ekliptika, tempat Matahari berada pada titik paling Utara di atas ekuator langit dikenal sebagai titik musim panas atau summer solstice atau Titik Balik Utara. Seperti pada GambarIII.3, titik ini menyatakan lokasi dalam orbit Bumi ketika Kutub Utara Bumi berada paling “dekat” ke Matahari. Peristiwa ini terjadi sekitar tanggal 21 Juni – tanggal yang pasti sedikit bervariasi dari tahun ke tahun karena panjang satu tahun sesungguhnya tidak genap dengan hari yang penuh. Ketika Bumi berotasi, titik-titik sebelah Utara ekuator menghabiskan waktunya di bawah sinar Matahari pada tanggal tersebut, sehinggasummer solstice berhubungan dengan siang hari terpanjang dalam setahunnya di belahan langit Utara dan siang hari terpendek di belahan langit Selatan.
Enam bulan kemudian, Matahari berada pada titik paling Selatan di bawah ekuator langit – atau, berarti, Kutub Utara Bumi berorientasi terjauh dari Matahari. Kita mencapai titik Musim Dingin (winter solstice) atau Titik Balik Selatan pada tanggal 21 Desember, saat terjadi siang hari terpendek di Belahan Langit Utara dan terpanjang di Belahan Langit Selatan.
Kombinasi lokasi Matahari terhadap ekuator langit dan panjang siang hari menyebabkan terjadinya empat musim yang dialami di Bumi oleh orang yang tinggal di belahan Utara dan belahan Selatan.
        Dua titik tempat ekliptika berpotongan dengan ekuator langit – yaitu ketika sumbu rotasi Bumi tegak lurus kepada garis yang menghubungkan Bumi dengan Matahari (Gambar III.3) –disebut ekinoks. Pada kedua tanggal itu, panjang siang dan malam sama. Dalam Musim Gugur (di Belahan Bumi Utara), ketika Matahari melintas dari Utara menuju Belahan Langit Selatan, kita mempunyai ekinoks Musim Gugur (autumnal equinox) (pada tanggal 21 September). Ekinoks Musim Semi (vernal equinox) terjadi pada saat Musim Semi di belahan Bumi Utara, pada kira-kira tanggal 21 Maret, ketika Matahari memotong ekuator langit menuju Utara (Gambar III.3). Karena hubungannya dengan akhir Musim Dingin dan awal musim pertumbuhan, titik vernal equinox ini sangat penting untuk astronom dan astrolog masa silam. Ia juga memainkan peran penting dalam sistem penentuan waktu. Interval waktu dari satu vernal equinox ke vernal equinox berikutnya – 365,2422 hari Matahari rata-rata (mean solar day) - disebut sebagai satu tahun tropis (tropical year).

III.3. Perubahan Jangka Panjang

Bumi mempunyai banyak gerakan – ia berputar pada sumbunya, ia bergerak mengitari Matahari, dan ia bersama Matahari bergerak melingkari Pusat Galaksi Bima Sakti. Kita telah melihat bagaimana gerakan-gerakan ini mengakibatkan terjadinya perubahan pada langit malam dan perubahan dalam musim. Pada kenyataannya situasinya lebih rumit lagi. Seperti gasing yang berputar cepat pada porosnya, sementara sumbunya sendiri secara perlahan mengitari sumbu vertikalnya, sumbu Bumi berubah arah sepanjang waktu (walaupun sudut antara sumbu dan garis yang tegak lurus pada bidang ekliptika selalu tetap sekitar 23,5 derajat). Seperti dilukiskan dalam Gambar III.4, perubahan ini disebut presesi. Presesi ini disebabkan oleh gaya tarik Bulan dan Matahari pada Bumi. Selama satu siklus presesi – sekitar 26.000 tahun – sumbu Bumi membuat sebuah kerucut.
Gambar III.5 Presesi



Matahari

Matahari adalah bintang yang paling dekat ke Bumi. Ia memasok cahaya, panas, dan energi untuk kehidupan. Energi total Matahari sangat besar. Luminositas Matahari, besarnya 3,85 x 1026  watt. Energi Matahari praktis tidak akan ada habis-habisnya. Besar energi Matahari yang jatuh pada atmosfer luar Bumi per detik, disebut konstanta Matahari (solar constant)adalah 1.400 watt/m2. Jarak rata-rata antara Bumi dan Matahari, disebut satuan astronomi (astronomical unit), adalah kira-kira 150 juta km. Matahari adalah bola gas yang sangat besar. Radiusnya sekitar 690.000 km. Dari Bumi, diameter sudut Matahari kira-kira 32', hampir sama dengan diameter sudut Bulan. Penampakan yang sama ini bisa terjadi karena jarak Matahari 400 kali lebih jauh daripada jarak Bulan.

Teori Nebula yang pertama kali diusulkan oleh filsuf Immanuel Kant (1724 – 1804),mengatakan bahwa Matahari dan planet-planetnya terbentuk bersama-sama dari awan gas dan debu antar bintang vyang berotasi, disebut nebula Matahari (solar nebula), sekitar 5 milyar tahun yang lalu. 
 Tiga lapisan terluar berada pada atmosfer Matahari. Yang pertama adalah fotosfer (photosphere), dari bahasa Yunani yang berarti “bola cahaya”, adalah permukaan Matahari yang tampakFotosfer ini berupa lapisan gas yang tipis, panas dan kedap dengan temperatur sekitar 5.800 K, tempat asal energi dipancarkan ke ruang antariksa.
Lapisan kedua adalah kromosfer (chromosphere), dari bahasa Yunani yang berarti “bola warna”, adalah lapisan tipis yang merentang sekitar 10.000 km diatas fotosfer. Ia biasanyatampak dari Bumi hanya saat Gerhana Matahari Total. Semakin ke arah luar temperatur bertambah tinggi dan mencapai rata-rata 15.000 K.

Terakhir adalah corona, dari bahasa Latin yang berarti “mahkota”, adalah atmosfer yang paling luar tepat di atas kromosfer adalah bagian interior Matahari. Temperatur dan kerapatan menaik semakin ke dalam dari permukaan. Jauh di dalam temperatur naik menjadi 15 juta K, tekanannya sekitar 200 milyar atmosfer, kerapatannya lebih dari 100 kali air. Intinya adalah pembangkit tenaga tempat reaksi fusi nuklir menghasilkan energi Matahari. Di dalam sini, hidrogen berfusi menjadi helium.
Bintik Matahari (sunspot) adalah daerah kecil pada fotosfer Matahari yang terang, yang tampak agak gelap dan relatif dingin. Mereka biasanya muncul dalam kelompok dua atau lebih. Bintik Matahari berlangsung antara beberapa jam sampai beberapa bulan. Mereka tampak gelap karena temperaturnya yang relatif dingin dibanding sekitarnya, yaitu sekitar 4.200 K. Pada suatu saat lebih dari 300 bintik Matahari tampak pada piringan Matahari. Jumlah bintik Matahari secara teratur meningkat ke jumlah maksimum dan turun ke minimum dalam siklus 11 tahunan, yang disebut sebagai siklus bintik Matahari (sunspot cycle).
Aktivitas Matahari yang lain adalah letupan Matahari (solar flare), yaitu letupan material atau kilatan cahaya yang dahsyat yang terjadi tiba-tiba di permukaan Matahari.Flare usianya singkat, mungkin hanya beberapa menit. Yang paling besar mungkin berlangsung beberapa jam. Mereka terjadi dekat bintik Matahari, terutama dalam periode bintik Matahari maksimum. Flare tampaknya ditenagai oleh medan magnetik lokal yang kuat. Flare yang besar dapat melontarkan radiasi energi tinggi dan partikel bermuatan listrik ke dalam Tata Surya. Peristiwa ini dapat menghancurkan semua kehidupan di Bumi jika saja planet Bumi kita tidak dilindungi oleh medan magnet dan atmosfer. Ketika partikel energi tinggi dari Matahari menghantam atmosfer Bumi, mereka bisa menstimulir atom dan ion di atmosfer meradiasikan cahaya, yang menghasilkan aurora.
 Aurora borealis, atau aurora di belahan langit Utara, dan aurora australis, atau aurora di belahan langit Selatan, merupakan pita cahaya yang spektakuler yang kadang-kadang bersinar di langit malam, utamanya di daerah Artika dan Antartika, tetapi pada saat-saat tertentu bisa juga terjadi di lintang menengah. Aktivitas aurora maksimum terjadi sekitar kutub magnetik Bumi. Aurora tampak 2 hari setelah solar flare. Mereka mencapai puncaknya sekitar 2 tahun setelah bintik Matahari maksimum. Ledakan kuat dari partikel flare yang berinteraksi dengan medan magnetik Bumi dapat menyebabkan badai magnetik yang mengakibatkan kompas tidak bisa bekerja dengan normal. Flare juga menyebabkan badai atmosfer, melumpuhkan saluran telepon dan memadamkan semua instalasi listrik (blackout). Dari Matahari dikenal juga angin
Angin Matahari (solar wind), yaitu plasma atau partikel bermuatan listrik yang kuat yang keluar dari Matahari sepanjang waktu. Ia lebih cepat, lebih halus, dan lebih panas daripada angin mana pun di Bumi. Gambar VII.1 memperlihatkan Matahari.

 Gambar VII.1 Matahari

Spektrum Elektromagnetik

1. Daerah Gelombang Elektromagnetik
Cahaya tampak hanyalah satu bagian kecil saja dari semua radiasi elektromagnetik di dalam ruang jagat raya. Energi juga ditransmisikan dalam bentuk sinar gamma, sinar X, radiasi ultraviolet, dan gelombang radio. Semua bentuk radiasi ini sesungguhnya energi dengan basis yang sama seperti cahaya tampak. Mereka memiliki sifat yang berbeda karena mereka memiliki panjang gelombang yang berbeda. Gelombang yang paling pendek mempunyai energi paling besar, sementara gelombang yang paling panjang mempunyai energi yang paling kecil. Seluruh keluarga gelombang magnetik ini yang diatur berdasar pada panjang gelombang, disebut spektrum elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik dari semua panjang gelombang sangat penting bagi astronom karena semua gelombang membawa kunci informasi dari sumbernya.

2. Tipe Spektrum
Jika cahaya bintang dipisahkan ke dalam panjang gelombangnya, spektrum yang tampak memasok banyak kunci informasi tentang bintang tersebut. Spektrum mempunyai tiga tipe dasar, yaituspektrum kontinu (continuous) yang mengandung semua daerah panjang gelombang, spektrum bergaris emisi/terang yaitu spektrum kontinu yang diseling garis emisi/terang, danspektrum absorpsi yaitu spektrum kontinu yang diseling garis absorpsi/gelap.
Spektrum bintang umumnya didominasi oleh pola garis gelap yang muncul pada pita spektrum kontinu. Cahaya dari permukaan bintang, disebut fotosfer, disebar ke dalam spektrum warna kontinu. Karena cahaya melewati atmosfer luar bintang, beberapa warna dari panjang gelombang tertentu diserap, dan menghasilkan garis absorpsi yang gelap. Garis absorpsi ini mengidentifikasi elemen kimia yang membentuk atmosfer bintang.
     
3. Kelas Spektrum
Sekarang deret dari kelas spektrum yang diidentifikasi dengan ketujuh huruf itu dikenal sebagai deret temperatur. Bintang O adalah paling panas, dengan temperatur yang secara kontinu menurun sampai ke yang paling dingin, bintang M. Masing-masing kelas spektrum dibagi-bagi lagi ke dalam 10 subkelas dengan diberi angka 0 sampai 9, juga dengan urutan temperatur yang menurun.


3.4. Diagram Hertzsprung-Russel
Diagram Hertzsprung – Russell (H–R) adalah plot antara luminositas vs temperatur. Tiap titik pada diagram H – R mewakili sebuah bintang yang temperaturnya (kelas spektrum) dibaca pada sumbu horizontal dan luminositasnya (magnitudo mutlak) dibaca pada sumbu tegaknya.

 Gambar VIII.4 Diagram H – R

Beberapa ribu bintang dipilih secara acak dan diplot pada Diagram H–R, ternyata mereka menempati daerah-daerah tertentu. Pola ini menunjukkan terdapat hubungan antara luminositas bintang dan temperaturnya. Kalau tidak, titik-titik itu akan tersebar secara acak pada diagram itu. Kira-kira 90% bintang-bintang terletak sepanjang pita yang disebut deret utama (main sequence) yang mulai dari kiri atas (raksasa biru yang sangat panas dan luminous) menyilang diagram dalam arah kanan bawah (katai merah, yang dingin dan redup).
Katai merah adalah tipe yang paling umum dari bintang-bintang dekat. Bagian besar dari10% bintang jatuh pada daerah kanan atas (raksasa atau maharaksasa yang terang dan dingin) atau pada sebelah kiri bawah (katai putih yang luminositasnya rendah tapi temperaturnya tinggi).

0 komentar:

Posting Komentar