KONSTELASI, ASENSIOREKTA, DAN EKUATOR LANGIT
By: Yunus Adiantor SL)
I.1. Astronomi dan Jagat Raya
Sering disebutkan bahwa sekarang kita hidup dalam abad keemasan
Astronomi. Yang paling menonjol dan penting adalah kelahiran kembali astronomi,
yaitu zamannya ilmuwan Italia Galileo Galilei (1564 – 1642).
Walaupun bukan dia yang menemukan teleskop, tetapi Galileo adalah
orang pertama yang dalam tahun 1610 merekam apa yang ia lihat ketika ia
mengarahkan sebuah lensa kecil (berdiameter 5 cm) ke langit. Penemuannya
menciptakan sebuah perubahan pandangan besar dalam astronomi, dan juga sebuah
terobosan dalam persepsi manusia tentang kosmos.
Diantara “benda-benda aneh” lain yang ia temukan adalah gugusan-gugusan bintang sepanjang Galaksi Bima Sakti, bulan dan cincin sekeliling planet raksasa, nebula warna warni yang sebelumnya semua orang belum pernah melihatnya.
Diantara “benda-benda aneh” lain yang ia temukan adalah gugusan-gugusan bintang sepanjang Galaksi Bima Sakti, bulan dan cincin sekeliling planet raksasa, nebula warna warni yang sebelumnya semua orang belum pernah melihatnya.
I.2. Tempat Kita di Bumi
Dari semua pandangan ilmu, Bumi bukanlah titik pusat atau
menempati posisi khusus dalam jagat raya. Kita tidak mendiami tempat
yang unik dalam jagat raya. Penelitian astronomi, terutama dalam beberapa
dekade terakhir, secara tegas menyimpulkan bahwa kita tinggal pada sesuatu yang
mirip dengan planet berbatu biasa yang disebut Bumi, satu dari delapan
planet yang mengitari sebuah bintang biasa yang disebut Matahari, sebuah
bintang yang berlokasi sekitar sepertiga daripinggiran kumpulan
besar bintang yang disebut Galaksi Bima Sakti (Milky Way), yang
merupakan satu dari milyaran galaksi lain yang tersebar di seluruh jagat raya
yang teramati.
Bintang-bintang raksasa ini mati dalam ledakan besar,
menghamburkan elemen yang dibentuk jauh di dalam inti yang sangat besar.
Akhirnya, materi ini terkumpul dalam awan gas yang secara perlahan runtuh dan
melahirkan bintang generasi baru berikutnya. Dengan cara ini, Matahari dan
keluarga planetnya terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu. Segala
sesuatu di Bumi dipasok atom dari bagian lain jagat raya, dan jauh dari masa
lalu yang lebih jauh dari awal evolusi manusia.
Secara sederhana dapat dikatakan, bahwa jagat raya
(universe) adalah totalitas seluruh ruang angkasa, waktu,
materi dan energi. Astronomi adalah telaah tentang
jagat raya. Ia adalah sebuah subyek yang agak berbeda dengan yang lainnya,
karena ia menuntut kita untuk secara mendalam mengubah pandangan kita tentang
kosmos dan melihat materi sebagai sesuatu dengan skala yang sama sekali tidak
akrab dengan pengalaman sehari-hari. Sebagai contoh, lihat saja misalnya sebuah
galaksi yang bernama Andromeda (Gambar I.1). Ia adalah
kumpulan besar bintang-bintang dengan jumlah ratusan milyar – lebih banyak
bintang daripada jumlah manusia yang pernah hidup di Bumi. Struktur keseluruhan
galaksi Andromeda terlihat di langit dengan diameter selebar 100.000
tahun cahaya.
Gambar I.1. Galaksi Andromeda
Tahun cahaya adalah satuan jarak yang diperkenalkan oleh
astronom untuk melukiskan jarak yang sangat jauh. Kita akan sering menemukan
satuan seperti ini dalam astronomi. Astronom sering memperbesar sistem metrik
standar dengan tambahan satuan yang digunakan dalam masalah-masalah khusus yang
sedang dibahas.
I.3. Konstelasi di Langit
Antara Matahari terbenam dan Matahari terbit pada sebuah malam
yang cerah, kita akan bisa melihat sekitar 3.000 titik cahaya di
langit. Jika kita masukkan pemandangan langit dari muka Bumi sebaliknya, hampir 6.000
bintang tampak pada mata telanjang.
Beberapa konstelasi bisa digunakan untuk petunjuk navigasi.
Bintang Polaris menunjukkan arah Utara, dan lokasinya yang hampir tetap di
langit, dari jam ke jam, dari malam ke malam, telah membantu penjelajah selama
berabad-abad. Konstelasi lain digunakan sebagai kalender primitif untuk
meramalkan musim menanam dan musim panen. Sebagai contoh, kenampakan bintangWaluku/Wuluku di
langit Timur pada awal malam dianggap sebagai tanda dimulainya musim hujan, dan
masa pertanian segera tiba.
Bintang-bintang yang membentuk konstelasi tertentu sebenarnya
tidak berdekatan antara satu dengan lainnya di langit, bahkan dengan standar
astronomi sekali pun. Mereka semata-mata hanya cukup terang untuk diamati
dengan mata telanjang dan kebetulan terletak kira-kira dalam arah yang sama di
langit dilihat dari Bumi. Tetapi, konstelasi juga menyediakan cara yang
cocok untuk para astronom untuk pengenalan daerah yang luas di langit, seperti
halnya ahli geologi menggunakan benua atau seorang Presiden mengenal nama-nama
provinsi dalam negaranya. Total ada 88 buah kontelasi di seluruh
langit, tetapi hanya ada 12 yang berada pada atau sekitar ekliptika (lingkaran
tahunan Matahari) yang disebut sebagai zodiak.
Posisi Bintang di Langit
II.1. Bola Langit
Selama perjalanan malam, bintang-bintang atau konstelasi
tampak bergerak dengan sangat pelan sekali (tidak bisa terdeteksi dengan
pengamatan mata telanjang dalam rentang waktu yang singkat) sepanjang langit
dari Timur ke Barat.
Untuk titik pandangan modern, gerakan semu bintang-bintang di
langit adalah hasil dari rotasi dari Bumi pada porosnya, bukan rotasi bola
langit. Pada belahan langit Utara, Kutub Langit Utara (KLU)
terletak di atas Kutub Utara Bumi. Perpanjangan sumbu rotasi Bumi pada arah
yang berlawanan menentukan Kutub Langit Selatan (KLS). Persis ditengah-tengah
antara KLU dan KLS terletak ekuator langit, yang merupakan perpotongan antara
bidang ekuator Bumi dengan bola langit.
II.2. Ukuran Sudut
Besar dan skala sering dinyatakan dengan mengukur panjang dan
sudut. Konsep pengukuran panjang sudah sangat akrab kepada kita semua.
Tetapi konsep pengukuran sudut mungkin masih kurang akrab. Tapi kita coba ingat
beberapa fakta sederhana di bawah ini:
i. Sebuah lingkaran penuh besarnya 360 derajat. Jadi, setengah
lingkaran yang merentang dari horizon ke horizon, melintasi titik
tepat di atas kepala dan merangkum bagian langit yang tampak pada seseorang
pada suatu saat, besarnya 180 derajat.
ii. Setiap bagian 1 derajat lebih jauh dapat
dibagi-bagi lagi ke dalam bagian dari derajat, yang disebut menit busur. Ada 60
menit busur (60') dalam satu derajat. (Terminologi menit
“busur”digunakan untuk membedakan satuan sudut ini dengan satuan menit
waktu). Matahari dan Bulan tampak sebagai benda bulat
yang besarnya 30 menit busur atau setengah derajat di langit.
iii. Satu menit busur dapat dibagi menjadi 60 detik
busur (60"). Dengan kata lain, kalau satu menit busur
(1') adalah 1/60 derajat, maka satu detik busur (1") adalah 1/60x1/60 =
1/3.600 derajat. Satu detik busur (1") adalah satuan
ukuran sudut yang sangat kecil – besarnya sudut dari sebuah benda dengan
panjang 1 centimeter dilihat dari jarak 2 kilometer.
Jangan dicampuradukkan satuan yang digunakan untuk mengukur
sudut ini. Menit busur dan detik busur tidak ada hubungannya dengan
pengukuran waktu, dan derajat tidak ada hubungannya dengan temperatur.
Derajat, menit busur, dan detik busur adalah semata-mata cara untuk mengukur
besarnya dan menentukan posisi benda langit pada bola langit.
Ukuran atau besarnya sudut dari sebuah benda bergantung
kepada ukuran fisis yang sebenarnya dan jaraknya dari kita. Sebagai
contoh, Bulan, pada jaraknya yang sekarang dari Bumi, mempunyai
diameter sudut 0,5 derajat atau 30'. Jika Bulan ditempatkan pada
jarak 2 kali lebih jauh, ia akan tampak setengahnya – 15' – walaupun besar
fisis sebenarnya tetap sama. Jadi, besar sudut saja tidak cukup untuk
menentukan diameter yang sebenarnya dari benda itu. Jarak ke benda tersebut
harus harus juga diketahui.
II.3. Koordinat Langit
Untuk pengukuran yang lebih teliti, astronom menerapkan sistem
koordinat langit pada bola langit. Jika kita menganggap bintang-bintang
menempel pada sebuah bola langit yang berpusat di Bumi, sistem lintang dan
bujur pada permukaan Bumi diperluas sehingga mencakup langit. Lintang
dan bujur pada sistem koordinat permukaan Bumi, dalam sistem koordinat langit
padanannya adalah masing-masing deklinasi dan asensiorekta. Gambar
II.3 melukiskan maksud dari asensiorekta dan deklinasi pada bola langit, dan
membandingkannya dengan bujur dan lintang pada permukaan Bola.
Gambar II.3. Sistem koordinat di permukaan Bumi dan koordinat
langit
Perhatikan hal-hal di bawah ini:
i. Deklinasi diukur dalam derajat ke Utara atau Selatan dari ekuator
Bumi. Jadi, ekuator langit berada pada deklinasi 0 derajat, KLU pada
deklinasi + 90 derajat, dan KLS mempunyai
deklinasi– 90 derajat (tanda minus di sini memberi arti “selatan
dari ekuator langit”).
ii. Asensiorekta diukur dalam satuan jam, menit, dan detik.
Satuan sudut secara bersamaan digunakan juga dengan satuan
waktu, untuk membantu dalam pengamatan astronomi. Dua set satuan ini dihubungkan
dengan rotasi Bumi (atau bola langit). Dalam 24 jam,
Bumi berotasi sekali pada sumbunya atau sebanyak 360 derajat. Jadi, dalam
periode 1 jam, Bumi berotasi sebesar 360 derajat/24= 15 derajat, atau 1
jam. Dalam 1 menit waktu, Bumi berotasi dalam sudut sebesar =
15 derajat/60 = 0,25 derajat, atau 15 menit busur (15'). Dalam 1 detik waktu,
Bumi berotasi sebesar sudut = 15'/60 = 15 detik busur (15"). Titik nol
untukasensiorekta dipilih saat Matahari di langit berada pada
posisi Vernal Equinox, yaitu perpotongan antara
ekuator langit dengan ekliptika.
Asensiorekta dan deklinasi secara spesifik menunjukkan
lokasi di langit yang serupa dengan koordinat bujur dan lintang yang
menentukan lokasi pada permukaan Bumi.Asensiorekta dan deklinasi terikat
dalam bola langit. Walaupun bintang tampak bergerak di langit karena
rotasi Bumi, koordinat mereka tetap konstan sepanjang malam,
karena pada saat bersamaan titik vernal equinox yang menjadi
titik nol asensiorekta bergerak dengan harga yang sama dengan
bintang.
Gerak Bumi
III.1. Rotasi dan Revolusi Bumi
Kita mengukur waktu berdasar acuan pada Matahari. Karena irama
hari dan malam sangat penting pada kehidupan kita, maka periode waktu antara
suatu tengah hari ke tengah hari berikutnya, atau suatu tengah malam ke
tengah malam berikutnya, yaitu hari matahariyang
panjangnya 24 jam, adalah satuan waktu sosial dasar manusia.
Perubahan posisi Matahari dan bintang-bintang di langit sepanjang hari/malam
disebut gerak harian. Tiap malam, keseluruhan bola langit
tampak bergeser sedikit terhadap horizon, dibanding malam berikutnya. Cara
yang paling mudah untuk mengkonfirmasi hal ini adalah dengan menyaksikan
bintang-bintang yang tampak sesaat setelah Matahari terbenam atau sebelum
fajar. Kita akan melihat bahwa bintang-bintang berada pada posisi sedikit
berbeda dari malam sebelumnya (kira-kira 4 menit lebih cepat). Karena
pergeseran kecil ini, hari yang diukur berdasar acuan bintang – disebut hari
sideris – berbeda panjangnya dengan hari matahari.
Gambar III.1. Hari Sideris
Penyebab perbedaan antara hari matahari (hari
dengan acuan Matahari) dan hari sideris(hari dengan acuan bintang)
dilukiskan pada Gambar III.1. Terjadinya perbedaan ini dikarenakan Bumi
melakukan dua macam gerakan yaitu rotasi dan revolusi secara
bersamaan. Selama berotasi Bumi juga bergerak sedikit dalam orbitnya
mengelilingi Matahari. Setiap Bumi berotasi sekali pada sumbunya ia juga
bergerak sedikit sepanjang orbitnya mengitari Matahari. Oleh karena itu Bumi
harus berotasi lebih besar daripada 360 derajat agar Matahari berada di posisi
(di langit) satu hari sebelumnya. Jadi, interval waktu antara suatu tengah hari
ke tengah hari berikutnya (satu hari matahari) lebih lama
daripada satu perioda rotasi yang acuannya bintang (satu hari sideris).
Planet Bumi perlu waktu 365 hari untuk mengorbit Matahari, jadi sudut tambahan
yang ditempuh adalah 360 derajat/365 = 0,986 derajat. Karena Bumi berotasi
dengan 15 derajat per jam, diperlukan 3,9 menit untuk berotasi sebesar sudut
0,986 derajat ini. Jadi hari matahari 3,9 menit (dibulatkan menjadi 4 menit) lebih
panjang daripada hari sideris, atau panjang hari sideris sama dengan 23h
56m.
III.2 Perubahan Musim
Untuk masing-masing posisi Bumi, langit yang tampak dari Bumi
yang sedang mengalami malam hari berbeda-beda. Pada kira-kira bulan Maret langit
yang tampak dalam bulan itu adalah langit yang menampilkan bintang-bintang dari
konstelasi Leo, Virgo, dan Libra. Sedangkan tiga bulan setelahnya
yaitu kira-kira bulan Juni bintang dalam rasi-rasi Scorpio, Sagittarius, dan
Capricornus akan tampak. Begitu seterusnya. Perubahan musiman yang
teratur ini terjadi karena revolusi Bumi mengelilingi Matahari. Bagian
gelap belahan langit dari Bumi menghadap arah langit yang sedikit demi sedikit
bergeser tiap malamnya. Perubahan dalam arah ini hanya sekitar 1
derajat saja per malamnya – perubahan yang terlalu kecil untuk bisa
dilihat dengan mata telanjang, dari suatu malam ke malam berikutnya. Tetapi
akan terlihat kentara dalam rentang mingguan atau bulanan seperti ditunjukkan
dalam Gambar III.2.
Gambar III.2 Pemandangan langit malam berubah dengan bergeraknya
Bumi dalam orbitnya mengelilingi Matahari. Seperti ditunjukkan dalam gambar di
atas, bagian malam hari dari Bumi menghadap sekumpulan konstelasi pada waktu
yang berbeda dalam setahun. Dua belas nama-nama konstelasi yang tampak disini
yang berada di atau dekat ekliptika disebut zodiak.
Setelah enam bulan Bumi telah mencapai bagian seberang orbitnya,
dan kita menghadap ke kelompok bintang dan konstelasi yang sama sekali berbeda
pada langit malamnya. Karena gerakan ini, Matahari tampak (terhadap
pengamat di Bumi) bergerak relatif terhadap bintang-bintang latar belakang
sepanjang tahun. Gerakan semu Matahari di langit mengikuti lintasan pada bola
langit selama setahun disebut ekliptika. Ke 12 konstelasi yang dilalui
Matahari ketika ia bergerak sepanjang ekliptika – yaitu konstelasi-konstelasi
yang akan kita lihat pada arah Matahari jika konstelasi-konstelasi itu (zodiak) tidak
terhalangi oleh silaunya sinar Matahari – memiliki arti yang sangat penting
bagi astrolog zaman dulu.
Seperti diperlihatkan dalam Gambar III.2, ekliptika membentuk
lingkaran besar pada bola langit, miring dengan sudut 23,5 derajat
terhadap ekuator langit.
Dalam kenyataannya, seperti diilustrasikan pada Gambar III.3,
bidang ekliptika adalah bidang orbit Bumi mengelilingi Matahari. Kemiringan ini
terjadi sebagai konsekuensi dari inklinasi sumbu rotasi Bumi kita terhadap
bidang orbitnya.
Gambar III.3 Ekliptika dan ekuator langit
Titik pada ekliptika, tempat Matahari berada pada titik
paling Utara di atas ekuator langit dikenal sebagai titik musim panas atau
summer solstice atau Titik Balik Utara. Seperti pada GambarIII.3, titik
ini menyatakan lokasi dalam orbit Bumi ketika Kutub Utara Bumi berada paling
“dekat” ke Matahari. Peristiwa ini terjadi sekitar tanggal 21 Juni –
tanggal yang pasti sedikit bervariasi dari tahun ke tahun karena panjang satu
tahun sesungguhnya tidak genap dengan hari yang penuh. Ketika Bumi berotasi, titik-titik
sebelah Utara ekuator menghabiskan waktunya di bawah sinar Matahari pada
tanggal tersebut, sehinggasummer solstice berhubungan
dengan siang hari terpanjang dalam setahunnya di belahan langit Utara
dan siang hari terpendek di belahan langit Selatan.
Enam bulan kemudian, Matahari berada pada titik paling Selatan
di bawah ekuator langit – atau, berarti, Kutub Utara Bumi berorientasi terjauh
dari Matahari. Kita mencapai
titik Musim Dingin (winter solstice) atau Titik Balik Selatan pada tanggal 21
Desember, saat terjadi siang hari terpendek di Belahan Langit Utara dan
terpanjang di Belahan Langit Selatan.
Kombinasi lokasi Matahari terhadap ekuator langit dan panjang
siang hari menyebabkan terjadinya empat musim yang dialami di Bumi oleh orang
yang tinggal di belahan Utara dan belahan Selatan.
Dua titik tempat ekliptika
berpotongan dengan ekuator langit – yaitu ketika sumbu rotasi Bumi
tegak lurus kepada garis yang menghubungkan Bumi dengan Matahari (Gambar III.3)
–disebut ekinoks. Pada kedua tanggal itu, panjang siang dan malam sama.
Dalam Musim Gugur (di Belahan Bumi Utara), ketika Matahari melintas dari Utara
menuju Belahan Langit Selatan, kita mempunyai ekinoks Musim Gugur
(autumnal equinox) (pada tanggal 21 September). Ekinoks Musim Semi (vernal
equinox) terjadi pada saat Musim Semi di belahan Bumi Utara, pada kira-kira
tanggal 21 Maret, ketika Matahari memotong ekuator langit menuju Utara (Gambar
III.3). Karena hubungannya dengan akhir Musim Dingin dan awal musim
pertumbuhan, titik vernal equinox ini sangat penting
untuk astronom dan astrolog masa silam. Ia juga memainkan peran penting dalam
sistem penentuan waktu. Interval waktu dari satu vernal equinox ke
vernal equinox berikutnya – 365,2422 hari Matahari rata-rata (mean
solar day) - disebut sebagai satu tahun tropis (tropical
year).
III.3. Perubahan Jangka Panjang
Bumi mempunyai banyak gerakan – ia berputar
pada sumbunya, ia bergerak mengitari Matahari, dan ia bersama
Matahari bergerak melingkari Pusat Galaksi Bima Sakti. Kita telah
melihat bagaimana gerakan-gerakan ini mengakibatkan terjadinya perubahan pada
langit malam dan perubahan dalam musim. Pada kenyataannya situasinya lebih
rumit lagi. Seperti gasing yang berputar cepat pada porosnya, sementara
sumbunya sendiri secara perlahan mengitari sumbu vertikalnya, sumbu Bumi
berubah arah sepanjang waktu (walaupun sudut antara sumbu dan garis yang tegak
lurus pada bidang ekliptika selalu tetap sekitar 23,5 derajat).
Seperti dilukiskan dalam Gambar III.4, perubahan ini disebut presesi.
Presesi ini disebabkan oleh gaya tarik Bulan dan Matahari pada
Bumi. Selama satu siklus presesi – sekitar 26.000 tahun –
sumbu Bumi membuat sebuah kerucut.
Gambar III.5 Presesi
Matahari
Matahari adalah bintang yang paling dekat ke Bumi. Ia memasok
cahaya, panas, dan energi untuk kehidupan. Energi total Matahari sangat
besar. Luminositas Matahari, besarnya 3,85 x 1026 watt. Energi
Matahari praktis tidak akan ada habis-habisnya. Besar energi Matahari yang
jatuh pada atmosfer luar Bumi per detik, disebut konstanta Matahari
(solar constant), adalah 1.400 watt/m2. Jarak rata-rata
antara Bumi dan Matahari, disebut satuan astronomi (astronomical unit), adalah
kira-kira 150 juta km. Matahari adalah bola gas yang sangat besar.
Radiusnya sekitar 690.000 km. Dari Bumi, diameter sudut Matahari kira-kira 32',
hampir sama dengan diameter sudut Bulan. Penampakan yang sama
ini bisa terjadi karena jarak Matahari 400 kali lebih jauh daripada
jarak Bulan.
Teori Nebula yang pertama kali diusulkan oleh filsuf Immanuel
Kant (1724 – 1804),mengatakan bahwa Matahari dan planet-planetnya terbentuk
bersama-sama dari awan gas dan debu antar bintang vyang berotasi, disebut
nebula Matahari (solar nebula), sekitar 5 milyar tahun yang lalu.
Tiga lapisan terluar berada pada atmosfer Matahari. Yang
pertama adalah fotosfer (photosphere), dari bahasa Yunani yang
berarti “bola cahaya”, adalah permukaan Matahari yang tampak. Fotosfer
ini berupa lapisan gas yang tipis, panas dan kedap dengan temperatur sekitar
5.800 K, tempat asal energi dipancarkan ke ruang antariksa.
Lapisan kedua adalah kromosfer (chromosphere), dari bahasa Yunani yang berarti “bola warna”, adalah lapisan tipis yang merentang sekitar 10.000 km diatas fotosfer. Ia biasanyatampak dari Bumi hanya saat Gerhana Matahari Total. Semakin ke arah luar temperatur bertambah tinggi dan mencapai rata-rata 15.000 K.
Lapisan kedua adalah kromosfer (chromosphere), dari bahasa Yunani yang berarti “bola warna”, adalah lapisan tipis yang merentang sekitar 10.000 km diatas fotosfer. Ia biasanyatampak dari Bumi hanya saat Gerhana Matahari Total. Semakin ke arah luar temperatur bertambah tinggi dan mencapai rata-rata 15.000 K.
Terakhir adalah corona, dari bahasa Latin yang berarti “mahkota”, adalah atmosfer yang paling luar tepat di atas kromosfer adalah bagian interior Matahari. Temperatur dan kerapatan menaik semakin ke dalam dari permukaan. Jauh di dalam temperatur naik menjadi 15 juta K, tekanannya sekitar 200 milyar atmosfer, kerapatannya lebih dari 100 kali air. Intinya adalah pembangkit tenaga tempat reaksi fusi nuklir menghasilkan energi Matahari. Di dalam sini, hidrogen berfusi menjadi helium.
Bintik Matahari (sunspot) adalah daerah kecil pada
fotosfer Matahari yang terang, yang tampak agak gelap dan relatif dingin.
Mereka biasanya muncul dalam kelompok dua atau lebih. Bintik Matahari
berlangsung antara beberapa jam sampai beberapa bulan. Mereka tampak
gelap karena temperaturnya yang relatif dingin dibanding sekitarnya, yaitu
sekitar 4.200 K. Pada suatu saat lebih dari 300 bintik Matahari tampak
pada piringan Matahari. Jumlah bintik Matahari secara teratur meningkat
ke jumlah maksimum dan turun ke minimum dalam siklus 11 tahunan, yang disebut
sebagai siklus bintik Matahari (sunspot cycle).
Aktivitas Matahari yang lain adalah letupan Matahari
(solar flare), yaitu letupan material atau kilatan cahaya yang dahsyat yang
terjadi tiba-tiba di permukaan Matahari.Flare usianya singkat, mungkin
hanya beberapa menit. Yang paling besar mungkin berlangsung beberapa jam. Mereka
terjadi dekat bintik Matahari, terutama dalam periode bintik Matahari maksimum. Flare
tampaknya ditenagai oleh medan magnetik lokal yang kuat. Flare yang besar dapat
melontarkan radiasi energi tinggi dan partikel bermuatan listrik ke dalam Tata
Surya. Peristiwa ini dapat menghancurkan semua kehidupan di Bumi jika
saja planet Bumi kita tidak dilindungi oleh medan magnet dan atmosfer. Ketika
partikel energi tinggi dari Matahari menghantam atmosfer Bumi, mereka bisa
menstimulir atom dan ion di atmosfer meradiasikan cahaya, yang menghasilkan
aurora.
Aurora borealis, atau aurora di belahan langit Utara,
dan aurora australis, atau aurora di belahan langit Selatan, merupakan pita
cahaya yang spektakuler yang kadang-kadang bersinar di langit malam, utamanya
di daerah Artika dan Antartika, tetapi pada saat-saat tertentu bisa
juga terjadi di lintang menengah. Aktivitas aurora maksimum terjadi sekitar
kutub magnetik Bumi. Aurora tampak 2 hari setelah solar flare. Mereka
mencapai puncaknya sekitar 2 tahun setelah bintik Matahari maksimum. Ledakan
kuat dari partikel flare yang berinteraksi dengan medan magnetik Bumi dapat
menyebabkan badai magnetik yang mengakibatkan kompas tidak bisa bekerja dengan
normal. Flare juga menyebabkan badai atmosfer, melumpuhkan saluran telepon
dan memadamkan semua instalasi listrik (blackout). Dari Matahari dikenal juga
angin
Angin Matahari (solar wind), yaitu plasma atau partikel
bermuatan listrik yang kuat yang keluar dari Matahari sepanjang waktu. Ia lebih cepat, lebih halus,
dan lebih panas daripada angin mana pun di Bumi. Gambar VII.1 memperlihatkan
Matahari.
Gambar VII.1 Matahari
Spektrum Elektromagnetik
1. Daerah Gelombang Elektromagnetik
Cahaya tampak hanyalah satu bagian kecil saja dari semua radiasi
elektromagnetik di dalam ruang jagat raya. Energi juga ditransmisikan dalam
bentuk sinar gamma, sinar X, radiasi ultraviolet, dan gelombang radio. Semua
bentuk radiasi ini sesungguhnya energi dengan basis yang sama seperti cahaya
tampak. Mereka memiliki sifat yang berbeda karena mereka memiliki panjang gelombang
yang berbeda. Gelombang yang paling pendek mempunyai energi paling besar,
sementara gelombang yang paling panjang mempunyai energi yang paling kecil.
Seluruh keluarga gelombang magnetik ini yang diatur berdasar pada panjang
gelombang, disebut spektrum elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik dari
semua panjang gelombang sangat penting bagi astronom karena semua gelombang
membawa kunci informasi dari sumbernya.
2. Tipe Spektrum
Jika cahaya bintang dipisahkan ke dalam panjang gelombangnya,
spektrum yang tampak memasok banyak kunci informasi tentang bintang tersebut.
Spektrum mempunyai tiga tipe dasar, yaituspektrum kontinu (continuous) yang
mengandung semua daerah panjang gelombang, spektrum bergaris emisi/terang yaitu
spektrum kontinu yang diseling garis emisi/terang, danspektrum absorpsi yaitu
spektrum kontinu yang diseling garis absorpsi/gelap.
Spektrum bintang umumnya didominasi oleh pola garis gelap yang
muncul pada pita spektrum kontinu. Cahaya dari permukaan bintang, disebut
fotosfer, disebar ke dalam spektrum warna kontinu. Karena cahaya melewati
atmosfer luar bintang, beberapa warna dari panjang gelombang tertentu diserap,
dan menghasilkan garis absorpsi yang gelap. Garis absorpsi ini mengidentifikasi
elemen kimia yang membentuk atmosfer bintang.
3. Kelas Spektrum
Sekarang deret dari kelas spektrum yang diidentifikasi
dengan ketujuh huruf itu dikenal sebagai deret temperatur. Bintang O adalah
paling panas, dengan temperatur yang secara kontinu menurun sampai
ke yang paling dingin, bintang M. Masing-masing kelas spektrum dibagi-bagi
lagi ke dalam 10 subkelas dengan diberi angka 0 sampai 9, juga dengan urutan
temperatur yang menurun.
3.4. Diagram Hertzsprung-Russel
Diagram Hertzsprung – Russell (H–R) adalah plot antara
luminositas vs temperatur. Tiap titik pada diagram H – R mewakili sebuah
bintang yang temperaturnya (kelas spektrum) dibaca pada sumbu horizontal dan
luminositasnya (magnitudo mutlak) dibaca pada sumbu tegaknya.
Gambar VIII.4 Diagram H – R
Beberapa ribu bintang dipilih secara acak dan diplot pada
Diagram H–R, ternyata mereka menempati daerah-daerah tertentu. Pola ini
menunjukkan terdapat hubungan antara luminositas bintang dan temperaturnya.
Kalau tidak, titik-titik itu akan tersebar secara acak pada diagram itu.
Kira-kira 90% bintang-bintang terletak sepanjang pita yang
disebut deret utama (main sequence) yang mulai dari kiri
atas (raksasa biru yang sangat panas dan luminous) menyilang diagram dalam arah
kanan bawah (katai merah, yang dingin dan redup).
Katai merah adalah tipe yang paling umum dari bintang-bintang
dekat. Bagian besar dari10% bintang jatuh pada daerah kanan atas (raksasa
atau maharaksasa yang terang dan dingin) atau pada sebelah kiri bawah (katai
putih yang luminositasnya rendah tapi temperaturnya tinggi).
0 komentar:
Posting Komentar